Home Politik Memilih Airlangga Sebagai Cawapres Dinilai Paling Realistis bagi Prabowo

Memilih Airlangga Sebagai Cawapres Dinilai Paling Realistis bagi Prabowo

Jakarta, Gatra.com - Pengamat politik Nuryana mengatakan bahwa Prabowo Subianto tidak boleh salah dalam memilih pasangan calon wakil presiden (cawapres) pada kontestasi Pilpres 2024. Nuryana menyoroti rangkaian gerbong Koalisi Indonesia Maju (KIM) kian panjang pasca merapatnya Demokrat. Ia menilai tarik menarik dan tawar menawar di antara partai politik pendukung Prabowo kian mengencang, khusunya dalam urusan memilih cawapres.

Ia menyebut bahwa cawapres saat ini yang mengerucut untuk dipasangkan dengan Prabowo adalah Gibran, Erick Thochir dan Airlangga Hartarto. Namun menurutnya, sosok Airlangga yang dianggap paling bisa menguntungkan bagi Prabowo nanti.

"AH (Airlangga Hartarto) Ketum Golkar juga sebagai Menko Ekuin. Jabatan politik dan jabatan birokrat yang melekat padanya membuat AH lebih memiliki kewibawaan politik ketimbang dua calon lainnya," ujar Nuryana dilansir dari keterangannya, Kamis (21/9).

Menurut Nuryana, pemilih yang merupakan mayoritas di saat 2024 nanti 60 persen dari kalangan generasi muda akan menyandarkan pada pilihan rasional. Rasionalitas ini penting untuk dipertimbangkan oleh Prabowo, agar cawapres yang dipilih adalah yang bila dipasangkan dengan Prabowo menjadi pasangan yang dinilai rasional.

"PS-AH (Prabowo Subianto-Airlangga Hartarto) adalah pasangan rasional yang secara kalkulasi politik dan operasional pemenangan akan lebih mudah diangkat keterpilihannya. PS dikenal dengan leadership kemiliterannya, AH dikenal sebagai Menteri yang tenang tapi efektif menjalankan tugasnya di bidang ekonomi," jelasnya.

Ia pun menjelaskan, pemilih akan cukup mudah mengasosiasikan PS-AH sebagai pasangan yang saling melengkapi dan dirasionalisasikan sebagai pasangan yang paling tahu menyelesaikan berbagai persoalan Indonesia saat ini.

"Maka, kalkulasi yang paling rasional bagi Prabowo untuk menang adalah AH," kata Nuryana yang juga sebagai peneliti dari Nusantara Leadership Fondation tersebut.

Beda halnya jika Prabowo memilih Gibran jadi pasangan. Nuryana menilai bahwa Wali Kota Solo itu bisa menjadi pilihan bila MK memutuskan batas usia minimal disetujui 35 tahun, maka ini akan menyenangkan Jokowi, tetapi juga bisa menjerumuskan.

"Gibran adalah pilihan unnecesarry choice bagi Prabowo, karena ia hanya jadi simbol kepasrahan total Prabowo pada Jokowi. Gibran bisa menarik dukungan generasi milenial dan generasi Z. Tapi sayang popularitas Gibran lebih lekat tertempel isu nepotism, ini melemahkan," katanya.

Begitu pun bila pilihannya Erick Thohir yang bermodal kapital sebagai pengusaha, pengalaman sebagai Menteri BUMN dan keberhasilan sebagai ketua timses pemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin.

Selain itu, meskipun Erick Thohir telah menjalin jejaring dengan kalangan muda NU melalui Banser dan menggunakan infrastruktur BUMN untuk membangun popularitas, namun tetap kurang di akar rumput karena profilnya yang lebih tebal sebagai pengusaha.

"ET (Erick Thohir) bisa jadi punya popularitas di kalang menengah, tapi kurang di akar rumput. Profil ET yang lebih tebal sebagai pengusaha berpotensi akan merepotkan Prabowo dan partai koalisi lainnya. Ini melemahkan sinergi pemenangan," ujar Nuryana.

164