Home Regional Doa dan Harapan Warga Donggala Pascalima Tahun Bencana Pasigala

Doa dan Harapan Warga Donggala Pascalima Tahun Bencana Pasigala

Jakarta, Gatra.com – Warga Sulawesi Tengah (Sulteng) kemungkinan masih mengingat bencana gempa bumi magnitudo 7,4, tsunami, dan likuefaksi (pembuburan tanah) yang memorak-porandakan wilayah Kota Palu, Kabupaten Sigi, dan Donggala (Pasigala) meski 5 tahun lalu telah berlalu.

Bencana yang terjadi pada 18 September 2018 menelan 4.340 jiwa korban meninggal dan hilang sebagaimana data Pusat Data Informasi Bencana (Pusdatina) dan Surat Keputusan Gubernur Sulawesi Tengah Nomor 360/006/BPBD-G.ST/2019 ?bencana Pasigala 28 November 2018.

Selain itu, sebanyak 40.085 bangunan rumah rusak ringan, 26.122 rusak sedang, 29.771 rusak berat, dan 4.050 rumah yang dinyatakan hilang akibat gempa bumi, tsunami, dan likuefaksi.

Kondisi warga penyintas gempa kini mulai berangsur-angsur pulih. Pada acara doa bersama memperingati 5 tahun tragedi Pasigala yang diinisiasi kelompok relawan Srikandi Ganjar, sejumlah warga menyampaikan harapannya untuk Sulteng.

Sekretaris Wilayah Srikandi Ganjar Sulteng, Siti Aisyah Amini, dalam keterangan pada Jumat (29/9), menyampaikan, pihaknya menggelar acara tersebut di Desa Tondo, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, pada Kamis (28/9).

Salah satu penyintas yang menyampaikan harapan dan doa adalah Ani, warga Desa Tondo. Ia mengharapkan dan berdoa agar bencana seperti itu tidak terjadi lagi.

“Kita berdoa bersama di masjid, kita baca doa, Yasin, apa segala doa di situ supaya kita minta kan dengan Allah agar bencana tidak terulang,” kata Ani.

Wanita berusia 58 tahun itu mengungkapkan, warga setempat juga melakukan ikhtiar spiritual secara rutin dengan maksud menyambung tali silaturahmi dan persaudaraan dalam kegiatan-kegiatan keagamaan.

Untuk bisa pulih kembali, lanjut Ani, tentunya tak semudah itu. Perlu waktu bertahun-tahun untuk bisa bangkit dan menjalani kehidupan seperti sedia kala.

“Ya kalau saya rasakan memang sudah kami kembali berusaha kita berdoa bersama supaya kita doakan supaya tidak ada lagi musibah-musibah yang akan mendatang. Iya [harus menyikapi musibah] dengan semangat,” kata dia.

Lika (40 tahun), warga lainnya, kembali mengingat bencana dahsyat yang berdampak pada kerusakan rumah-rumah warga dan keluarganya. Bahkan, dua hari pascabencana Pasigala, Lika segera pergi menuju Kota Palu untuk memastikan kondisi sang buah hati lantaran jalur komunikasi sempat lumpuh.

“Kalau saya sendiri sih mulai [bangkit]. Alhamdulillah sedikit-sedikit sudah bisa pulih,” ungkapnya.

Lika mengajak kepada warga dapat merenungi dan mengambil hikmah dari peristiwa Pasigala lima tahun lalu serta menjadikannya sebagai ajang memperkuat rasa persatuan dan kesatuan.

“Mudah-mudahan ke depan [kondisi] masyarakat [bisa] lebih baik lagi dari sebelumnya,” kata Lika.

Siti Aisyah Amini mendorong warga penyintas tersebut tak terus larut dalam duka selama bertahun-tahun. Mereka harus bangkit untuk menyambung hidup dan melanjutkan asa di masa mendatang.

“Harapan semoga keluarga yang kemarin terkena bencana itu semoga diperkuat hatinya dan jangan bersedih dengan kejadian yang kemarin karena sesuatu yang terjadi akan membaik,” katanya.

19