Home Internasional Israel Tolak Hentikan Serangan, Pesawat Tempur Bombardir Kamp Pengungsi di Gaza

Israel Tolak Hentikan Serangan, Pesawat Tempur Bombardir Kamp Pengungsi di Gaza

Khan Younis, Gatra.com - Pejabat kesehatan Palestina mengatakan pesawat tempur Israel menyerang kamp pengungsi di Jalur Gaza, menewaskan sedikitnya 33 orang dan melukai puluhan lainnya, pada Minggu pagi. 

Reuters, Minggu (5/11) melaporkan, serangan itu terjadi ketika Israel mengatakan akan melanjutkan serangannya untuk menghancurkan penguasa Hamas di wilayah tersebut, meskipun AS meminta jeda untuk memberikan bantuan kepada warga sipil yang sudah putus asa.

Meningkatnya angka kematian di Gaza telah memicu kemarahan internasional, dengan puluhan ribu orang dari Washington hingga Berlin turun ke jalan pada hari Sabtu, menuntut gencatan senjata segera.

Sementara itu, evakuasi warga Gaza yang terluka dan pemegang paspor asing melalui penyeberangan Rafah ke Mesir telah ditangguhkan sejak Sabtu. Dua sumber keamanan Mesir dan satu sumber medis menyebut kepada Reuters.

Salah satu sumber keamanan dan sumber medis mengatakan evakuasi dihentikan setelah serangan Israel pada hari Jumat terhadap ambulans di Gaza, yang digunakan untuk mengangkut orang-orang yang terluka.

Sumber menyebut penyeberangan Rafah ke semenanjung Sinai Mesir adalah satu-satunya pintu keluar dari Gaza, yang tidak dikendalikan oleh Israel. Truk bantuan masih bisa melakukan perjalanan ke wilayah tersebut.

Israel telah menolak gagasan untuk menghentikan serangannya, bahkan untuk jeda kemanusiaan singkat yang diusulkan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken selama kunjungannya ke wilayah tersebut. Sebaliknya, dikatakan bahwa penguasa Hamas di daerah kantong yang terkepung itu “menghadapi kekuatan penuh” pasukannya.

“Siapa pun di Kota Gaza mempertaruhkan nyawa mereka,” kata Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.

Asap besar membubung ke angkasa ketika militer Israel menyatakan telah mengepung Kota Gaza, target awal serangannya terhadap Hamas. 

Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 9.400 warga Palestina telah tewas di wilayah tersebut dalam hampir satu bulan perang, dan jumlah tersebut kemungkinan akan meningkat seiring dengan berlanjutnya serangan.

“Minggu pagi, serangan udara menghantam kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah, menewaskan sedikitnya 33 orang dan melukai 42 lainnya,” kata Ashraf Al-Qidra, juru bicara Kementerian Kesehatan.

Dia mengatakan tim pertolongan pertama, dibantu oleh warga, masih mencari korban tewas atau kemungkinan selamat di reruntuhan.

Kamp tersebut, yang merupakan kawasan perumahan, terletak di zona evakuasi di mana militer Israel mendesak warga sipil Palestina di Gaza untuk mencari perlindungan, karena mereka memfokuskan serangan militernya di wilayah utara.

Meskipun ada seruan seperti itu, Israel terus melakukan pemboman di Gaza, dengan mengatakan bahwa mereka menargetkan pejuang dan aset Hamas di mana pun. Mereka menuduh Hamas menggunakan warga sipil sebagai tameng manusia.

Kritikus mengatakan serangan yang dilakukan Israel sering kali tidak proporsional, mengingat banyaknya perempuan dan anak-anak yang tewas dalam serangan tersebut.

Para pejabat Mesir mengatakan mereka dan Qatar mengusulkan jeda kemanusiaan selama enam hingga 12 jam setiap hari, yang memungkinkan bantuan masuk dan korban dapat dievakuasi. Mereka juga meminta Israel untuk membebaskan sejumlah tahanan perempuan dan lanjut usia dengan imbalan sandera. Saran yang sepertinya tidak akan diterima oleh Israel. 

Mereka berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang memberi penjelasan kepada pers mengenai diskusi tersebut.

Israel telah berulang kali meminta 1,1 juta penduduk Gaza utara untuk mengungsi ke selatan, dan pada hari Sabtu Israel menawarkan waktu tiga jam bagi penduduk untuk melakukan hal tersebut. 

Namun, seorang jurnalis Associated Press di jalan tidak melihat ada orang yang datang. Kepala kantor media pemerintah di Gaza, Salama Maarouf, mengatakan tidak ada yang pergi ke selatan karena militer Israel telah merusak jalan tersebut.

Israel menuduh Hamas “mengeksploitasi” jendela tersebut untuk bergerak ke selatan dan menyerang pasukannya. 

Belum ada komentar langsung dari Hamas mengenai tuduhan tersebut, sehingga tidak mungkin untuk diverifikasi.

Beberapa warga Palestina mengatakan mereka tidak melarikan diri karena takut akan pemboman Israel.

“Kami tidak mempercayai mereka,” kata Mohamed Abed, yang mengungsi bersama istri dan anak-anaknya di halaman rumah sakit Al-Shifa, salah satu dari ribuan warga Palestina yang mencari keselamatan di pusat-pusat kesehatan di wilayah utara.

Sebagian besar lingkungan perumahan di Gaza utara telah diratakan dalam serangan udara. 

Pemantau PBB mengatakan lebih dari separuh penduduk Gaza utara yang tersisa, diperkirakan berjumlah sekitar 300.000 jiwa, berlindung di fasilitas yang dikelola PBB. 

Namun serangan mematikan Israel juga berulang kali menghantam dan merusak tempat perlindungan tersebut. Badan PBB untuk Pengungsi Palestina mengatakan pihaknya kehilangan kontak dengan banyak orang di wilayah utara.

“Serangan udara Israel semalam menghantam sumur air di Tal Al-Zatar di Gaza utara, memutus pasokan air bagi puluhan ribu orang di wilayah tersebut,” kata pemerintah kota Beit Lahia yang dikelola Hamas dalam sebuah pernyataan pada Minggu pagi.

Setidaknya 1.115 warga Palestina berkewarganegaraan ganda dan terluka telah keluar dari Gaza menuju Mesir, namun pada hari Sabtu pihak berwenang di Gaza tidak mengizinkan pemegang paspor asing untuk pergi karena Israel mencegah evakuasi pasien Palestina untuk perawatan di Mesir. Wael Abu Omar, juru bicara mengatakan untuk Otoritas Penyeberangan Palestina.

PBB mengatakan sekitar 1,5 juta orang di Gaza, atau 70 persen populasi, telah meninggalkan rumah mereka. Makanan, air dan bahan bakar yang dibutuhkan untuk generator yang menggerakkan rumah sakit dan fasilitas lainnya, hampir habis.

Ribuan warga Israel melakukan protes di luar kediaman resmi Netanyahu di Yerusalem, dan mendesaknya untuk mengundurkan diri serta menyerukan kembalinya sekitar 240 sandera yang ditahan oleh Hamas. 

Netanyahu menolak bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober di Israel selatan yang menewaskan lebih dari 1.400 orang.

“Saya sulit memahami mengapa truk berisi bantuan kemanusiaan menuju monster,” kata Ella Ben Ami, yang orang tuanya diculik. Dia menyerukan agar bantuan dihentikan sampai para sandera dibebaskan.

Sirene serangan udara terdengar Sabtu malam di Israel selatan ketika Hamas meluncurkan roket ke Ashkelon. Tembakan roket terus berlanjut di wilayah tersebut selama konflik, memaksa puluhan ribu orang mengungsi dari rumah mereka.

“Di antara warga Palestina yang tewas di Gaza terdapat lebih dari 3.900 anak-anak Palestina,” kata Kementerian Kesehatan Gaza, tanpa memberikan rincian mengenai warga sipil dan pejuang.

Militer Israel mengatakan empat tentara lagi tewas dalam operasi darat di Gaza, sehingga jumlah korban tewas yang dikonfirmasi menjadi 28 orang.

113