Home Regional Peternak Merasa Dirugikan, Truk Pengangku Telur di Lombok Timur Diahadang Massa

Peternak Merasa Dirugikan, Truk Pengangku Telur di Lombok Timur Diahadang Massa

Lombok Timur, Gatra.com - Puluhan peternak ayam petelur asal Lombok Timur (Lotim), Sabtu (11/11), terpaksa melakukan aksi pengadangan truk yang mengangkut telur dari Bali dan Jawa tujuan Lombok Timur. Aksi ini dilakukan peternak karena kerap kali truk-truk dari luar Lombok ini mendatangkan telurnya ke Lombok sehingga mematikan usaha para peternak ayam petelur yangtak bisa diserap maksimal di pasar.

Dalam aksi protesnya itu, satu per satu truk yang melintas di Jalan Raya Paok Motong, Kecamatan Masbagik, Lombok Timur itu diadang oleh para peternak. Truk-Truk yang melintas tersebut yang diketahui dari pelat luar daerah dan ketahuan membawa telur, langsung diminta balik arah. Sopir pun langsung diinterogasi.

“Tentu kita sangat sayangkan, kenapa telur dari luar daerah ini begitu banyak masuk ke Pulau Lombok. Sehingga produksi dari para peternak kita sendiri tidak bisa terserap pasar yang menyebabkan usaha kami terancam gulung tikar. Ini aksi kekecewaan kami dan juga selama ini pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa,” ungkap Sahril salah seorang massa aksi.

Menurutnya, aksi ini dilakukan sebagai bentuk kekecewaan terhadap banjirnya telur dari luar yang masuk ke Lombok khususnya Lombok Timur. Kondisi tersebut menyebabkan telur peternak lokal menjadi tidak laku dan murah.

Ia bersama peternak petelur lainnya meminta ke semua pihak terkait segera berbuat. Jika apa yang menjadi tuntutan mereka tidak ditanggapi, mereka akan kembali melakukan aksi serupa.

Seperti diketahui, para peternak telah berulang kali hearing ke dinas terkait di Pemrov maupun Pemkab Lombok Timur. Namun tak kunjung ada tindakn nyata.

Menurutnya, dalam kondisi ini, dalam sehari ada 130 peternak yang tergabung di asosiasi alami akumulasi kerugian hingga Rp300 juta. Itu belum termasuk nilai kerugian para peternak yang tidak tergabung di asosiasi.

“Kami saja di asosiasi rugi sampai Rp300 juta per hari. Semua harga naik, baik pakan, biaya vaksin dan perawatan lainnya. Belum lagi kita hitung pajak ke daerah. Sementara pemerintah tidak bisa berbuat apa-apa. Kita tidak tahu data dan jumlah telur Jawa dan Bali yang masuk. Hal ini suatu yang ironis. Dalam dua bulan lebih akumulasi kerugian kami tembus Rp18 miliar,” tandasnya.

Peternak lainnya, Hasan menambahkan, selama ini para peternak tidak pernah dilibatkan dalam program stunting untuk konsumsi telur. Melainkan yang dilibatkan hanya para pengepul.

“Kami harap pemerintah akomodir asosiasi peternak dalam program stunting jangan hanya libatkan pengepul. Yang jelas aksi serupa kembali akan kami gelar,” ujarnya.

356