Home Gaya Hidup Indahnya Keberagaman Peringatan Kwan She Im Phu Sa di Klenteng Tay Kak Sie Semarang

Indahnya Keberagaman Peringatan Kwan She Im Phu Sa di Klenteng Tay Kak Sie Semarang

Semarang, Gatra.com - Peringatan Kwan She Im Phu Sa mencapai Parinibbana atau Meninggalkan Duniawi digelar di Klenteng Tay Kak Sie Kota Semarang, Minggu (12/11/2023).

Dalam persamuan agung 1.108 rupang dari berbagai kelenteng di Pulau Jawa dihadiri oleh Walikota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu dan umat Buddha dari beberapa daerah.

Mbak Ita - sapaan akrabnya mengatakan, harmonisasi kerukunan antaretnis dan umat beragama di Kota Semarang telah terbangun sejak dulu. Masyarakat di Ibu Kota Jawa Tengah sudah lama hidup berdampingan dan rukun, meski dari latar belakang dan suku yang berbeda.

"Jangan diragukan, Kota Semarang sudah NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia-red) sejak lama," kata Mbak Ita, menjelaskan kepada umat Buddha luar kota yang menghadiri Persamuan Agung Rupang Kwan She Im Phu Sa.

Dirinya menjelaskan, kerukunan tersebut dapat ditengok dengan berdirinya Kelenteng Tay Kak Sie, dan sejumlah permukiman etnis di Semarang lama. Selain di Kota Lama dan Pecinan, masyarakat juga hidup rukun di Kampung Kauman, dan Kampung Melayu.

Menurutnya, letaknya yang berdekatan menjadi bukti nyata bahwa Kota Semarang dari dulu sudah berbhineka tunggal ika. Hal itu pula disimbolkan dengan perwujudan Warak Ngendog yang merupakan perpaduan naga, buraq, dan kambing.

"Kota Semarang sejak dulu sudah akur, dan menjadi satu kesatuan. Kami memiliki Warak Ngendog, binatang yang jadi simbol plurarisme. Kono kepalanya liong atau naga unsur Tionghoa, badannya buraq unsur Arab, kakinya domba unsur Jawa atau Indonesia," ujarnya.

Ia menambahkan, klenteng yang terletak di kawasan Jalan Gang Lombok ini memiliki magnet budaya dan daya tarik wisata yang luar biasa. Tiap tahunnya terdapat Kirab Laksamana Cheng Ho dan Dewa Obat.

"Di tempat ini pula, Gus Dur dikukuhkan sebagai bapak Tionghoa pada 10 Maret 2004. Bahkan saat itu Gus Dur menyatakan diri sebagai keluarga etnik Tionghoa dari marga Tan," jelas Mbak Ita.

Lebih lanjut, Walikota perempuan pertama di Semarang tersebut juga menyampaikan, fondasi keberagaman antaretnis dan penganut agama di Kota Semarang harus ditunjukkan untuk mempengaruhi Indonesia lebih baik dan makin maju.

"Kota Semarang akan selalu mensupport kegiatan seperti ini. Saat ini kita harus erat pegang tangan dan tunjukkan kita bisa damai di tengah tahun politik," pungkasnya.

55