Home Lingkungan Kapal dari Limbah Poliuretan Badak LNG, Lebih Awet dan Ramah Lingkungan

Kapal dari Limbah Poliuretan Badak LNG, Lebih Awet dan Ramah Lingkungan

Bontang, Gatra.com - Siapa nyana limbah non B3 polyurethane (poliuretan) bisa dimanfaatkan untuk pembuatan kapal fiberglass?

Adalah Tanjung Mamat Fiberglass (TMF) yang sukses membuktikan diri berhasil membuat kapal dari bahan poliuretan ini. Alih-alih tetap membuat kapal kayu yang punya masa pakai paling lama 5 tahun, kapal fiberglass dari bahan poliuretan ini diklaim jauh lebih awet dan panjang umur pemakaiannya.

"Ide nenggunakan fiberglass sebagai bahan membuat perahu datang dari Pak Imanuddin, karena beliau dulunya kerja di Badak [LNG]. Bagaimana bahan ini bisa digunakan untuk membuat perahu. Karena kalau kayu enggak tahan lama. Sebab, yang ini kapalnya dilapisi lagi dengan fiberglass yang bisa tahan lebih lama," cerita Abdul Rahman, Ketua Kelompok TMF kepada Gatra.com di Bontang, Kalimantan Timur, pada Senin (13/11/2023).

Bahan kayu untuk kapal, lanjut Abdul Rahman, paling tahan untuk lima tahun pemakaian. Apalagi kapal dari kayu harus rajin dicek kondisinya. Jika ada hama atau binatang yang menempel di kayu atau biasa disebut kapang, membuat kapal jadi tidak awet digunakan.

Sementara, penggunaan fiberglass dari poliuretan pada kapal bisa mencapai seumur hidup. "Yang penting perawatannya mesti rajin kita gosok. Karena biasanya kotoran seperti lumut yang ada hanya perlu digosok saja pembersihannya," imbuh pria 39 tahun ini.

Kendati demikian, kapal dari bahan fiberglass diakui Abdul Rahman jauh lebih mahal dibanding kapal dari kayu. Satu kapal kayu ukuran sekitar 6m x 90cm bisa senilai Rp6 juta. Sedangkan, kapal fiberglass dengan ukuran yang sama dijual dengan harga Rp13 juta dengan masa pembuatan sekitar satu bulan.

Namun, jika hitungan perbaikan dan masa pemakaian yang lebih lama, kapal fiberglass berbahan poliuretan ini tentu jauh lebih mengirit biaya, bukan?

 

Program Marina 2022: CSR Badak LNG

TMF telah berhasil membuat 9 kapal dengan bahan baku lebih dari 270 kg limbah poliuretan. Omzetnya mencapai Rp121.475.000.

TMF merupakan salah satu kelompok masyarakat binaan dan peroleh CSR (corporate social responsibility) Badak LNG dalam Program Marina atau Menuju Nelayan Ramah Lingkungan Mandiri dan Sejahtera sejak 2022. Badak LNG sendiri merupakan salah satu anak Perusahaan Sub Holding Upstream Pertamina Hulu Energi (PHE).

TMF memberdayakan sekitar 9 orang pemuda yang beberapa di antaranya adalah mantan pengebom ikan. Atas prakarsa Imanuddin, mantan pekerja di Badak LNG yang juga tinggal di sana, masyarakat diberdayakan untuk mengolah limbah poliuretan sebagai bahan alternatif membuat kapal.

Ada sejumlah bantuan yang telah diberikan oleh Badak LNG, seperti pemberian mesin-mesin, bor, gergaji, palu, dan peralatan lain, hingga alat keselamatan diri. "Ada banyak macamnya. Insyaallah semua sudah lengkap diberikan oleh Badak," kata pria yang sebelumnya mencari nafkah sebagai nelayan ini.

Hingga saat ini pembuatan kapal lebih banyak datang dari pesanan, seperti dari Badak LNG dan Damkar. Abdul Rahman menyebut total sudah ada 9 kapal fiberglass yang sudah dibuat oleh TMF.

Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan Badak LNG dengan sejumlah pihak, kapal fiberglass berbahan poliuretan memiliki sejumlah keunggulan, yaitu:

1. Mengurangi penggunaan material bahan baku logam / kayu,

2. Mengurangi penggunaan kayu hingga 3 m3.

3. Mengurangi emisi GRK 740.054 kg CO2.

4. Penurunan bahan bakar hingga 50 liter / bulan.

5. Efisien biaya retribusi dan transportasi sampah sebesar Rp 1.177.000.

 

55