Home Ekonomi Pengamat Nilai Membangun 40 Kota Setara Jakarta Bukan Perkara Mudah

Pengamat Nilai Membangun 40 Kota Setara Jakarta Bukan Perkara Mudah

Jakarta, Gatra.com – Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna menilai pernyataan calon wakil presiden (cawapres) nomor urut 1, Muhaimin Iskandar (Cak Imin) ingin membangun 40 kota setara Jakarta bukan perkara mudah.

“Ini bukan perkara mudah dan tidak hanya sekadar soal apakah cukup waktu selama lima tahun mengerjakannya,” ujar dia dalam keterangan pada Senin (25/12).

Karena itu, ia berpandangan bahwa pernyataan tersebut hanya sebagai jargon politik. Meski membuat jargon politik tersebut sah-sah saja, namun tetap harus realistis. Menurutnya, memerlukan Key Performance Indikator (KPI) untuk mengambil apa yang akan ditiru dari Jakarta karena persoalan di kota ini sangat kompleks.

“Apa mau ditiru macetnya, banjirnya atau minimnya ketersediaan air bersih? Apa mungkin bisa membangun 40 kota seperti Jakarta dengan APBD Rp80 triliun dengan jumlah penduduk di atas satu juta jiwa. Tentu harus dikaji secara mendalam sesuai Key Performance Indikator tadi,” ujarnya.

Yayat lantas menyampaikan, dengan anggaran sebesar Rp80 triliun pun berbagai persoalan di Jakarta belum dapat teratasi, mulai dari banjir, kemacetan hingga ketersediaan air bersih.

Selain itu, mahalnya hunian dan penyediaan lahan di kota ini masih menjadi problem hingga saat ini. “Sekarang saja program rumah DP 0 rupiah tidak terealisasi dengan baik,” ujarnya.

Kemudian, biaya hidup ideal juga sangat mahal yakni sekitar Rp15 juta per bulan. Kalau konsep ini diterapkan di 40 puluh kota maka gaji di kota tersebut juga harus tinggi dan perekonomian harus naik.

“Harus dicari apa penggeraknya agar kota-kota bisa maju. Kalau pendapatan warganya tidak tinggi, investor juga tidak akan berani bangun sekolah, properti atau mal di sana. Karena penduduknya tidak mampu,” ujarnya.

Selanjutnya, Jakarta juga mempunyai transportasi massal yang sudah mulai terintegrasi, ada pelabuhan, dan dekat dengan bandara sehingga punya basis ekonomi yang kuat.

“Jadi kalau mau bikin 40 kota seperti Jakarta, ya harus punya juga mesin penggerak untuk meningkatkan ekonominya dan mengatasi kemiskinan,” katanya.

Menurutnya, konsep kota seperti Jakarta juga belum tentu cocok diimplementasikan di kota lain. “Intinya, harus jelas apa yang mau ditiru dari Jakarta,” katanya.

Atas dasar itu, Yayat berpendapat, daripada membuat 40 kota setara Jakarta, ia lebih menyarankan pemerataan dengan cara redistribusi fungsi dengan kota lain agar Jakarta beban tidak terlalu berat.

Salah satunya, misalnya dengan membagi pusat pemerintahan ke IKN, pendidikan bisa ke Depok, ekonomi kreatif ke Bandung, Industri ke Cikarang dan Karawang sehingga ekonomi bisa bisa tumbuh dan berkembang seperti Jakarta.

172