Home Ekonomi Timnas AMIN: Hiirisasi SDA Salah Arah!

Timnas AMIN: Hiirisasi SDA Salah Arah!

Jakarta, Gatra.com – Anggota Dewan Pakar Timnas AMIN, Achmad Nur Hidayat, memberikan komentar pedas terhadap hilirisasi sumber daya alam (SDA) yang saat ini sedang berjalan. Menurutnya, hilirisasi yang berjalan sekarang sudah salah arah.

“Pandangan AMIN terkait mengelola negara, khususnya di bidang hilirisasi, itu ada perbedaan. Menurut kami sangat penting, hilirisasi SDA salah arah. Bukan enggak punya arah, ini sudah salah arah,” ujar Achmad dalam talkshow GATRA yang berkolaborasi dengan The Purnomo Yusgiantoro bertajuk “Masa Depan Hilirisasi Minerba” di Menara Danareksa, Jakarta Pusat, Sabtu (20/1/2024).

Achmad mengatakan bahwa hal itu bukan tanpa alasan. Pertama, hilirisasi saat ini tidak bersifat keberlanjutan karena menutup ekspor mineral dan mengundang banyak investor asing, terutama dari Cina. Ia beralasan cost di masa depan akan lebih banyak dibanding benefit yang didapatkan.

“Nanti di masa depan mungkin nikel punya nilai tambah naik. Tapi ada yang tidak dibicarakan, soal transfer technology dan tenaga kerja, dan cost lain yang tidak diperhitungkan sehingga cost itu akan melampaui benefit yang kita dapatkan,” ujarnya.

Achmad juga menyoroti cadangan nikel Indonesia yang hanya bisa bertahan selama 13 tahun ke depan. Ia menyayangkan hal itu karena sebetulnya Indonesia merupakan salah satu negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia. Menurutnya, ini tidak berkelanjutan dan khawatir pemerintah harus mengimpor nikel dari negara tetangga, Australia.

“Hilirisasi yang digaungkan saat ini adalah memberi kemanfaatan bagi investor luar untuk mengambil kekayaan bumi Indonesia. Kami tidak katakan Cina itu jelek, tapi lebih ketidakcerdasan policymaker di Indonesia,” ujar Achmad.

Untuk itu, Timnas AMIN menawarkan suatu solusi. Ia mengatakan bahwa hilirisasi akan dilanjutkan oleh Anies-Muhaimin asal dengan satu syarat, yakni dominasi investasi asal Cina harus dihentikan. “Karena nilai manfaat cost and benefit dari hilirisasi ini lebih banyak kepada negara asing tersebut,” ujarnya.

Lebih lanjut, Achmad mengatakan bahwa Anies-Muhaimin tidak menggunakan istilah hilirisasi, melainkan reindustrialisasi. Pihaknya ingin membangun kembali ekonomi Indonesia yang sudah luluh lantak diterpa ekosida. Ia pun mengibaratkan ekonomi Tanah Air bagai pesawat.

“Kalau kita ibaratkan ekonomi itu pesawat, maka kita sebut sebagai engine-nya itu industri komputer. Kemudian sektor industri perdagangan, sawit, dan cokelat, itu sebagai sayapnya. Frame-nya itu industri konstruksi, dan kemudian bahan bakarnya industri keuangan kita. Jadi kita seperti menjalankan pesawat,” ujar Achmad.

63