Home Ekonomi Prediksi Market Alat Berat pada 2024

Prediksi Market Alat Berat pada 2024

Jakarta, Gatra.com – Ketua Umum (Ketum) Perhimpunan Agen Tunggal Alat Berat Indonesia (PAABI), Etot Listyono, menyampaikan, pihaknya memprediksi market alat berat untuk sektor pertambangan (mining) dan konsturksi akan mengalami penurunan pada 2024.

“Penurunannya ada dua sektor, di sektor konstruksi dan mining. Kalau yang forestry dan agro rasanya sih masih stabil,” kata Etot dalam Bincang PersPektif Trakindo 2024 bertajuk “Transformasi Digital untuk Performa Bisnis Optimal” di Jakarta, Rabu (31/1).

Dalam diskusi gelaran PT Trakindo Utama (Trakindo) ini, Etot menjelaskan, memprediksi demikian dengan melihat beberapa faktor. Pertama, kondisi pasar mining global, khususnya batu bara yang saat saat ini kembali normal pascanaiksignifikan pada tahun 2022 akibat perang Rusia Vs Ukraina.

“Dulu itu abnormal, sekarang mulai normal lagi [harga batu bara],” ujarnya. Ini menyebabkan produksi pun kembali normal.

Selain itu, saat ini Indonesia akan menghadapi Pemilu yang membuat tren siklus di beberapa sektor, termasuk di pertambangan yang imbahasnya terhadap market alat berat.

“Biasanya tren siklusnya pas pemilu, 6 bulan sebelum dan sesudah pemilu, itu sektor-sektor ini sangat terpengaruh. Impact-nya, menahan untuk investasi dan menambah infrastruktur meski pun budget-nya sudah disediakan,” katanya.

Sedangkan untuk market alat berat untuk sektor kehutanan (forest) dan agro, Etot menilai akan relatif stabil. Ia menilai tidak adanya perluasan lahan membuat tidak akan terjadi lonjakan untuk sektor tersebut.

“Jadi melihat bagaimana tahun ini, election kita belum tahu, di kebijakan segela macam seperti apa, kita di PAAB memprediksi terjadi penurunan market alat berat. Perkiraan kami sih turun 25% dibandingkan tahun 2023,” katanya.

Artinya, lanjut dia, kalau dikaitkan dengan transformasi digital, maka para agen alat berat harus melakukan efisiensi. “Bagaimana transformasi digital ini memberikan impact, khusunya financial imfact,” tandasnya.

Adapun persentase alat berat di Indonesia pada tahun 2023, lanjut Etot, sekitar 43–45% ke sektor pertambangan, sekitar 22% di kehutanan dan agro, dan sekitar 30% di sektor konstruksi. Ia menyampaikan, alat berat itu digunakan di empat sektor tersebut, rerata umurnya sekitar 5 tahun. Namun untuk sektor mining sekarang lebih lama, yakni bisa 7–10 tahun.

Sesuai rerata umur alat berat, ia menyampaikan, data pasar alat berat Indonesia dari tahun 2019–2023, yakni 2019 sebanyak 10.459, 2020 sebanyak 7.238, 2021 sejumlah 14.567, 2022 sejumlah 20.293, dan 2023 sebanyak 18.123.

Dalam periode lima tahun tersebut terdapat 70 ribu lebih unit beropersi di empat sektor tersebut. Mayoritas beropersi di sektor pertambangan, yakni sekitar 45%. Adapun tahun 2022 mengalami penurunan karena pandemi Covid-19.

Transformasi Digital Industri Alat Berat

Chief Administration Officer (CAO) Trakindo, Yulia Yasmina, menyampaikan, sejalan dengan komitmen Advancing You Forward untuk mendukung peningkatan produktivitas pelanggan, Trakindo senantiasa berupaya memajukan kemampuan dan kinerja para pemangku kepentingan, baik pelanggan, karyawan maupun masyarakat demi mencapai tujuan dan kesuksesan jangka panjang, khususnya di era disrupsi teknologi ini.

“Trakindo menyadari perkembangan teknologi ini tidak hanya berpotensi luar biasa dalam merombak industri, tapi juga mengubah berbagai aspek kehidupan manusia, meliputi digital economy, big data, robotic, hingga artificial intelligence (AI),” ujarnya.

Sejalan dengan semangat tersebut, lanjut Yulia dalam sambutannya, pihaknya turut andil dalam mencari solusi terbaik bagi industri agar terus berkembang di era disrupsi, di antaranya melalui diskusi ini.

“[Ini] sebagai kegiatan reguler untuk membahas isu-isu penting, yang pada kesempatan ini mengedepankan tema Transformasi Digital untuk Performa Bisnis Optimal,” kata Yulia.

COO & Co-founder Corporate Innovation Asia Consulting (CIAS), M. Taufik Mardian, menjelaskan bahwa transformasi digital memiliki peran yang sangat krusial bagi perusahaan di tengah era disrupsi teknologi untuk bersaing dan menghadirkan nilai tambah bagi pelanggan.

Menurutnya, sesuai riset dari Boston Consulting Group mengungkapkan bahwa 70% transformasi digital yang dilakukan oleh perusahaan tidak mencapai tujuannya, atau bisa dibilang gagal.

Para narasumber diskusi mengenai transformasi digital industri alat berat gelaran Trakindo. (GATRA/Iwan Sutiawan)

“Meskipun transformasi digital seakan menjadi keharusan bagi perusahaan di era disrupsi teknologi digital, namun kita semua menyadari bahwa memulai transformasi digital bukanlah hal yang mudah,” ujarnya.

Taufik menyampaikan, peran manajemen sangatlah krusial, terutama dalam membangun pemahaman, sekaligus meningkatkan keterlibatan karyawan agar tujuan transformasi digital bisa tercapai.

“Dengan memanfaatkan penggunaan teknologi digital, perusahaan dapat mengoptimalkan performa bisnisnya untuk meningkatkan efisiensi operasional, menciptakan produk dan layanan yang inovatif, hingga memperluas pasar,” ucap Taufik.

Etot menyatakan bahwa PAABI setuju bahwa penerapan transformasi digital di industri alat berat sangatlah penting untuk dilakukan. Berdasarkan hasil survei internal PAABI, terungkap 100% responden PAABI setuju penerapan transformasi digital berbanding lurus dengan performa bisnis perusahaan.

Ia mengungkapkan, sebanyak 77% transformasi digital yang dilakukan perusahaan tersebut meliputi kebutuhan internal dan eksternal. Meski sudah melakukan transformasi digital, hanya 54% responden yang berhasil.

Adapun sisanya sebanyak 46% responden mengakui bahwa transformasi digital belum diimplementasikan secara maksimal dalam perusahaan. Alasannya beragam, di antaranya karena penerapannya masih baru dilakukan dan terbatasnya infrastruktur di remote area.

“PAABI menyambut antusias era disrupsi teknologi digital ini. Untuk itu, kami senantiasa berupaya untuk mendorong para anggota untuk terus dapat beradaptasi dan memaksimalkan pemanfaatan teknologi digital, sehingga dapat memberikan value yang positif bagi peningkatan performa bisnis perusahaan,” kata Etot.

Sejalan dengan salah satu nilai-nilai inti perusahaan yaitu pengembangan berkelanjutan, Trakindo senantiasa terus beradaptasi dengan kemajuan teknologi digital guna mendorong peningkatan performa karyawan dan juga pelayanan bagi pelanggan.

Secara garis besar, aplikasi yang dikembangkan oleh Trakindo terbagi menjadi dua kategori utama yang dibuat berdasarkan target penggunanya, yaitu aplikasi untuk Internal (karyawan) dan juga eksternal (pelanggan).

Manager Digital & Information Technology Trakindo, Ari Widayanti, menjelaskan, transformasi digital yang dilakukan Trakindo untuk meningkatkan pelayanan terhadap pelanggan. Aplikasi tersebut berfokus pada tiga aspek utama, yaitu digital solution, connectivity, dan productivity.

E-commerce, Trakindo menghadirkan Parts.cat.comuntuk penjualan suku cadang resmi Caterpillar yang telah disesuaikan dengan kebutuhan pelanggan di Indonesia. Connectivity, menghadirkan aplikasi VisionLink untuk membantu pelanggan dalam mengelola unit alat beratnya, sehingga jam operasional maksimal, biaya operasional rendah, dan pengoperasian optimal.

Menurutnya, productivity menghadirkan CAT Inspect yang berfungsi untuk mengunduh dan menyelesaikan inspeksi yang dilengkapi dengan opsi foto, video, dan komentar.

“Menurut pengalaman kami, komunikasi dan koordinasi merupakan kunci utama yang dibutuhkan untuk membangun kesepahaman tujuan antara perusahaan dan pelanggan, hingga akhirnya pelanggan bersedia untuk beradaptasi dengan sistem baru yang diterapkan,” ujar Ari Widayanti.

Untuk memaksimalkan potensi sumber daya manusia perusahaan, Trakindo berhasil mengembangkan THRU, yaitu aplikasi yang mencakup perkembangan informasi dan administrasi perusahaan termasuk keperluan Human Resources yang meliputi cuti, kesehatan, kehadiran, hingga perjalanan dinas di genggaman setiap karyawan.

General Manager (GM) Human Resources Trakindo, Ferry M. Butarbutar, menjelaskan, Aplikasi THRU hadir sebagai one stop solution Apps yang memberikan kemudahan bagi lebih dari 7.800 karyawan Trakindo yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia, sehingga dapat dengan mudah mengakses keperluan administrasi kantor hanya melalui ponselnya.

“Aplikasi ini sangat bermanfaat bagi kami karena tidak semua karyawan bisa selalu standby di depan laptop, terutama mereka yang harus bertugas di lapangan,” katanya.

Menurutnya, konsistensi untuk membangun pemahaman karyawan tentunya sangatlah dibutuhkan agar penerapannya bisa optimal, terlebih banyak karyawan yang awalnya belum terbiasa untuk menggunakan sistem aplikasi.

1562