Home Gaya Hidup Menjelajah Kreativitas Urban di Jakarta Mural Art Festival 2024

Menjelajah Kreativitas Urban di Jakarta Mural Art Festival 2024

Jakarta, Gatra.com - Satu tembok dengan aksen bata ekspose direspons oleh sebentang kain berukuran 8x16 Meter. Letaknya di tengah-tengah kawasan Setiabudi one, Jakarta. Pada kain tersebut tergambar sesosok manusia bermata dua - matanya bertumpuk atas bawah bukan berjejer kanan kiri- berdiri di atas mobil yang berukuran lebih kecil darinya. Ini adalah karya Ashido Aldorio Simatupang atau lebih dikenal dengan nama Lampurio. Karya ini menjadi bagian dari gelaran Jakarta Mural Art Festival 2024.

Tepat di hadapan bentangan kain tersebut Lampurio menuliskan Art Statementnya: “Seni adalah cipta estetika hasil kontemplasi dialektika dari mengilhami sebuah peristiwa kemudian mengawinkannya dengan fantasi lalu menetaskan pesona. Seni adalah pemasukakalan dari segala sesuatu yang tidak masuk akal. Seni seperti karya jurnalistik, perekaman fakta, dijemput melalui peliputan sebuah kenyataan yang ada di lapangan kehidupan.”

Baca Juga: Bunga Yuridespita Ubah Ruang Salihara Menjadi Common Sanctum Penuh Ilusi

Masuk ke dalam, di ruang pamer, berbagai karya seni Lampurio lain dipajang. Karya-karya ini, meskipun bukanlah mural yang digambar di tembok melainkan pada kanvas, terkesan terinspirasi dari mural-mural yang ada di jalanan Jakarta. Selain Lampurio, beberapa seniman lain yang karyanya ada di ruang pamer ini adalah karya Sasya Tranggono dan Donald Saluling.

Salah satu karya Jakarta Macet Series oleh Donald Saluling (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Setiap lukisan yang ada menawarkan daya reflektif terhadap diri maupun kondisi sosial kekinian masyarakat urban. Lihat saja rangkaian lukisan “Jakarta Macet Series” karya Donald Saluling yang dibuat dari 2008-2010. Pada periode ini, Donald kerap bepergian dari Jakarta Selatan ke Jakarta Utara untuk bekerja.

Sambil berjalan, Donald memotret fenomena jalanan kota Jakarta. Dus, lukisan yang dibuatnya didasarkan pada foto yang diambilnya kala itu. Dia mereproduksi foto-foto tersebut ke dalam lukisan, memanipulasi warna dan bermain dengan komposisi menggunakan aplikasi desain grafis.

Baca Juga: Rilis KECE Travel Pass, Anjani Trip Tawarkan Program ‘All You Can Trip’ ke Labuan Bajo Setahun Penuh

Lalu, ada karya Sasya Tranggono yang terkenal dengan lukisan figur wayang. Kali ini dia masih memainkan potret berbagai tokoh wayang dengan unik. Gambaran tokoh dalam pewayangan itu hadir dengan karakter yang berbeda-beda.

Jakarta Mural Art Festival 2024 diadakan oleh Senyumuseum. Kegiatan kali ini merupakan bagian dari rangkaian acara yang dimulai dengan episode 1, bertajuk Canvas City, berlokasi di Setiabudi One, Kuningan, Jakarta Selatan, Senyumuseum akan menjadi tuan rumah untuk rangkaian acara selama satu tahun ke depan

Jakarta Mural Art Festival 2024 merupakan sebuah rangkaian acara yang bertujuan untuk memperlihatkan kekuatan kreativitas mengubah Jakarta menjadi Magical! Jakarta Mural Art Festival 2024 merupakan sebuah gagasan untuk menempatkan Jakarta sebagai kota budaya yang penting.

Dipilihnya lokasi Setiabudi One sebagai lokasi untuk kegiatan Episode 1 dikarenakan tidak hanya strategis, namun lokasi ini juga dikelilingi apartemen dengan banyak ekspatriat yang bermukim, dan juga dikelilingi perkantoran.

Penampilan Nathalie Ezmeralda di Jakarta Mural Art Festival 2024 (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Pada episode 1 kali ini juga diadakan sebuah Pasar Seni yang dibuka untuk umum pada tanggal 8,9, dan 10 Maret 2024 yang dimulai sejak pukul 10 pagi. Pasar seni diramaikan oleh produsen seni antara lain Djon & Rose dan Seni Kanji, juga ROUVENIA. Episode ini juga menampilkan rangkaian Exhibition of Ideas yang dibuat dengan konsep utama menyerupai sebuah galeri.

Kemudian ada pertunjukan khusus Expo Music dari Nathalie Ezmeralda, urban beats by DJ Bugie. Art talk dengan bintang tamu Maya Sudjojono selaku direktur S. Sudjojono Center dan Djon&Rose, serta rangkaian workshop.

Edgar Honggo pembicara di talkshow Jakarta Mural Art 2024 (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Founder SenyuMuseum Edgar Honggo mengatakan bahwa Jakarta Mural Art Festival bukanlah event, melainkan sebuah movement. Pameran pertama yang mengambil tajuk The City Canvas ini hanyalah awal dari sebuah perjalanan yang akan dimulai. Dalam satu tahun ke depan, setiap bulan SenyuMuseum akan mengadakan acara serupa di lokasi dan konsep yang berbeda-beda. Dirinya pun akan mengajak lebih banyak seniman urban mural lainnya.

“Setiap bulan akan ada event di venue berbeda. Tempat yang kami datangi bukan hanya komersial, nanti ada di museum, public space, bahkan ada wacana di Pulau Seribu,” ucap Edgar.

Mural art, lanjut Edgar, adalah seni yang inklusif. Kalau kita naik kendaraan, pasti kita melihat grafiti dan sebagainya. Bagian inilah yang menjadi representasi inklusif yang menarik. Bahwa kekaryaan ini bisa dinikmati dimana saja dan kapan saja tanpa terbatas ruang.

“Kita menyebut ini Jakarta Mural Art Festival, tetapi bukan berarti hanya grafiti yang digambar di tembok. Presentasi seni juga berkembang, dari instalasi atau kegiatan yang terinspirasi dari mural yang ada di Jakarta,” katanya.

201