Home Nasional Bulan Sabit Mengambang di Langit Mekah, Puasa Senin atau Selasa? Benar Semua, Kok Bisa!

Bulan Sabit Mengambang di Langit Mekah, Puasa Senin atau Selasa? Benar Semua, Kok Bisa!

Jakarta, Gatra.com-  Pemerintah melalui Kementerian Agama telah menetapkan 1 Ramadhan 1445 H jatuh pada 12 Maret 2024. Penetapan itu merupakan hasil sidang isbat, 10/3. Sebenarnya bagaimana cara menetapkan 1 Ramadhan?

Secara garis besar, ada dua cara untuk menetapkan awal bulan Ramadhan yaitu hisab (perhitungan) dan rukyat (melihat bulan baru). Metode rukyat dibagi dua yaitu rukyat alamiyah dan rukyat mahaliyah. Rukyat alamiyah yaitu jika telah melihat bulan baru di manapun tempatnya di muka Bumi maka telah masuk 1 Ramadhan.

Untuk 10 Maret, semakin ke barat posisi hilal semakin tinggi. Jika di langit Indonesia bulan menggantung kurang dari 1 derajat, maka di langit Mekah menurut situs timeanddate.com, bulan menggantung 2 derajat. Sedangkan di Rabat, Maroko, lebih tinggi lagi. Di langit negeri magrib itu, ketika matahari tenggelam, bulan bertengger 5 derajat di atas ufuk. Jadi jika mengacu pada rukyat alamiyah 1 Ramadhan jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.

Sedangkan rukyat mahaliyah (lokal suatu negeri) untuk Indonesia bulan menggantung sekitar 0,5 derajat di atas ufuk Jakarta saat Matahari tenggelam. Tempat nongkrong bulan itu tidak mungkin teramati dengan rukyat. Sehingga jika mengacu pada rukyat mahaliyah 1 Ramadhan di Indonesia jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Apakah bulan akan teramati pada 11 Maret? Pengamatan tidak perlu dilakukan karena umur bulan Syakban sudah digenapkan 30 hari. Namun tidak ada salahnya kita cek di situs timeanddate.com, posisi bulan saat Matahari berangkat bubuk 11 Maret 2024, berada pada 12 derajat di atas ufuk.

Sedangkan metode kedua yaitu hisab atau perhitungan. Selain untuk menentukan bulan baru, metode hisab ini digunakan untuk menentukan waktu-waktu shalat. Metode hisab dibagi dua yaitu hisab hakiki wujudul hilal, dan hisab imkaru rukyat. 

Bulan baru terpenuhi menurut hisab hakiki wujudul hilal jika pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat berikut secara kumulatif, yaitu pertama, telah terjadi ijtimak (kondisi ketika bumi, bulan dan matahari berada pada posisi garis bujur yang sama). Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Dan ketiga, pada saat matahari terbenam Bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.

Jika mengacu hisab hakiki wujudul hilal maka posisi bulan baru yang berada 0,5 derajat di atas ufuk sudah memenuhi kriteria untuk masuk 1 Ramadhan. Jadi puasa hari pertama jatuh pada Senin, 11 Maret 2024.

Sedangkan hisab imkaru rukyat yaitu perhitungan yang mensyaratkan bulan bisa teramati, yaitu bulan berada pada ketinggian 3 derajat di atas ufuk ketika Matahari tenggelam. Jika menurut perhitungan bulan berada di bawah 3 derajat di atas ufuk maka belum masuk bulan baru. Jika mengacu hisab imkaru rukyat, maka puasa hari pertama jatuh pada Selasa, 12 Maret 2024.

Jadi puasa Senin, 11 Maret atau Selasa, 12 Maret, sama benarnya jika mengacu empat cara tersebut. Namun, alam akan menguji kesahihan penetapan 1 Ramadhan melalui gerhana bulan penumbra 25 Maret 2024. Gerhana bulan terjadi pasti saat purnama atau tanggal 15 penanggalan khomariah. Gerhana bulan 25 Maret dialami masyarakat Indonesia Timur. Jika Ramadhan 11 Maret, maka gerhana bulan itu terjadi setelah 14 hari atau tanggal 15 Ramadhan. Jika awal Ramadhan 12 Maret, maka gerhana bulan terjadi tanggal 14 Ramadhan.

Gerhana bulan penumbra ini diikuti gerhana matahari total di Amerika utara pada 8 April 2024 atau 9 April 2024 waktu Indonesia. Gerhana Matahari terjadi pasti pada saat bulan baru atau bulan mati. Maka tanggal 9 April petang telah masuk 1 Syawal. Atau lebaran pada 10 April. Waktu lebaran ini insya' allah tidak akan berselisih karena menurut prediksi timeanddate.com, posisi bulan saat matahari tenggelam 6 derajat di atas ufuk. Atau memenuhi 4 cara menentukan bulan baru di atas.

232