Home Pendidikan APTIK Beri Perhatian Pada Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kampus

APTIK Beri Perhatian Pada Masalah Kesehatan Mental di Lingkungan Kampus

Jakarta, Gatra.com - Sebanyak 22 yayasan pendidikan Katolik se Indonesia yang mengelola 23 perguruan tinggi Katolik yang tergabung dalam Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik (APTIK) menggelar kongres ke 41 di Jakarta. Dalam pertemuan ini, APTIK menyoroti tentang dampak signifikan kurikulum pengajaran dengan merebaknya fenomena kerapuhan mental di kampus.

Ketua APTIK, B.S. Kusbiantoro mengatakan, terdapat pergeseran paradigma dari VUCA menjadi BANI akibat pengaruh globalisasi yang menciptakan kompleksitas dan ketidakpastian meluas di dunia. Konsep BANI memunculkan pendekatan bahwa perlunya perhatian pada kerapuhan mental.

“APTIK merasa perlu mengantisipasinya melalui segala bentuk adaptasi yang diperlukan guna mencegah terjadinya kerapuhan mental yang kini kian meluas di lingkungan kampus-kampus di dalam dan di luar negeri. Kecemasan,depresi dan bunuh diri yang terjadi itu merupakan bagian dari illusion of control,” kata Kusbiantoro dalam Konferensi Pers di Kampus Universitas Katolik Atma Jaya di Jakarta, Jumat (22/3).

Kusbiantoro menambahkan, meski angka persoalan kesehatan mental belum terdata secara akurat namun masalah kecemasan, depresi, dan bunuh diri di kalangan remaja di era digital cukup menjadi keprihatinan bersama.

“Asosiasi merasa perlu kerja sama agar mahasiswa tidak merasa terisolasi dan bagaimana lembaga konseling dapat secara tepat mengenali gejala yang ada dan secara tepat juga bisa mengatasinya,” jelas dia.

Sementara itu, ketua Yayasan Atma Jaya yang menjadi tuan rumah Kongres kali ini, Linus M. Setiadi mengatakan, agenda yang perlu menjadi perhatian bersama adalah bentuk kolaborasi dalam skala yang lebih luas, baik dari kalangan internal APTIK sendiri, pemerintah, dan dunia industri. Mengingat peran dan fungsi pendidikan tinggi yang saat ini menghadapi gugatan yang cukup serius.

“Selain membahas adaptasi kurikulum terhadap paradigma disrupsi yang terbarukan ini, kolaborasi dan pengembangan kepedulian sebagai identitas Katolik untuk bisa menjadi jawaban terhadap persoalan-persoalan di tengah masyarakat sudah saatnya dilakukan secara simultan bersama dan fokus,” kata Linus.

Terakhir, Rektor Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Yuda Turana Juga menyatakan dukungannya terhadap kolaborasi dan sinergi yang dilakukan oleh APTIK. Yuda juga menjelaskan bahwa kolaborasi di bidang tridharma dengan kesamaan misi dan visi di lingkungan APTIK diharapkan tidak hanya menghasilkan berbagai inovasi revolusioner, namun juga generasi muda yang berkarakter tangguh.

“Sebaran tenaga ahli berkualitas internasional dengan latar belakang keilmuan berbeda dan networking international yang luas di lingkungan APTIK, tentunya akan meningkatkan daya saing APTIK ke jenjang Internasional,” beber dia.

9