Home Lingkungan CEDRS President University dan NSCMI Gelar Earth Day Festival 2024, Ini yang Dibahas

CEDRS President University dan NSCMI Gelar Earth Day Festival 2024, Ini yang Dibahas

Bekasi, Gatra.com - Dalam rangka memperingati Hari Bumi ke-43, Center for Environment, Disaster Resilience, and Sustainability (CEDRS) President University (Presuniv), berkolaborasi dengan PT Nippon Steel Chemical and Material Indonesia (NSCMI) menggelar Earth Day Festival 2024 di Kampus Presuniv, Jababeka, Cikarang, Bekasi minggu lalu.

Dalam festival yang mengusung tema We Share, We Care: Sustainability Tribute to Earth and Humanity ini dibahas bahwa bumi bukan hanya milik generasi saat ini, melainkan milik generasi mendatang. Menjaga dan merawat bumi menjadi tanggung jawab seluruh umat manusia.

Dosen Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Presuniv, Rijal Hakiki mengatakan bahwa kondisi Bumi akan sangat tergantung pada perilaku manusia. Apalagi, manusia memiliki fitrah sebagai pemimpin di muka bumi.

"Meski begitu, kurangnya kesadaran terhadap hal ini, termasuk pada memprioritaskan aspek lingkungan dalam kehidupannya, dapat membuat manusia, yang seharusnya berperan sebagai pemimpin di muka Bumi, malah berubah menjadi perusak alam," katanya dalam keterangan yang diterima pada Senin (29/4).

Maka, menurut Rijal, kesadaran manusia akan fitrahnya sebagai pemimpin menjadi sangat penting.

"Meski begitu kesadaran ini juga harus diimbangi dengan upaya manusia untuk meningkatkan wawasan dan keterampilannya dalam menjaga dan merawat Bumi," katanya.

Direktur Kemitraan Lingkungan, Ditjen Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jo Kumala Dewi juga mengatakan bahwa plastik masih menjadi satu pertentangan dalam masalah kelestarian alam. Oleh karena itu, Hari Bumi ke-43 ini mengusung tema Planet vs Plastik.

"Mengapa planet dan plastik harus dipertentangkan? Ini karena kita sudah menggunakan plastik secara berlebihan, sehingga memicu terjadinya masalah lingkungan," ujarnya.

Oleh karena itu, melalui tema ini Jo berharap ada upaya bersama untuk mengurangi penggunaan plastik. Pemerintah sendiri telah menargetkan pengurangan penggunaan plastik mencapai 60% hingga tahun 2040.

Menurut Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) KLHK, sampai dengan tahun 2023 komposisi sampah plastik di Indonesia mencapai 18,3% dari 17,4 juta ton timbulan sampah per tahun.

"Lalu, bagaimana mengatasinya? Jika kita berhenti menggunakan plastik, pasti akan memicu kontroversi. Tapi, kalau kita diam saja juga salah," ucap Jo.

Menurut Jo, mungkin saat ini manusia masih belum bisa sepenuhnya berhenti menggunakan plastik. Oleh karenanya, dibutuhkan strategi dan kolaborasi untuk mengatasi masalah plastik.

"Kita harus melakukan edukasi kepada semua orang, berbagi informasi dan pengetahuan, serta meningkatkan kesadaran bahwa penggunaan plastik secara tidak bertanggung jawab akan berdampak negatif terhadap Bumi," tegasnya.

Ia menegaskan, dibutuhkan perubahan perilaku dalam menggunakan plastik. Terutama plastik sekali pakai dalam kehidupan sehari-hari.

Manager Human Resource General Affairs Nippon Steel, Yayan Heryana mengungkapkan bahwa sebanyak 40% dari mamalia laut, dan 40% makhluk hidup lainnya, sudah tercemar oleh limbah plastik.

"Mungkin makanan dan minuman kita juga sudah tercemar oleh plastik," kata Yayan.

Maka, ia mengajak seluruh masyarakat untuk bijak dalam menggunakan plastik. Apalagi, masih banyak masyarakat yang beranggapan bahwa usia Bumi masih sangat panjang.

"Hanya saja, bisakah kita memastikan bahwa anak cucu kita dapat menikmati Bumi sebagaimana sekarang ini?" tanya dia.

Head of EHS & CSR PT Mane Indonesia, Henri Saragih menjelaskan tentang konsep Corporate Social Responsibility (CSR) Mane Indonesia dan implementasinya. Sejumlah inisiatif telah dilakukan Mane Indonesia dalam komitmennya memerangi perubahan iklim.

"Di antaranya, penerapan protokol penanganan gas rumah kaca, inisiatif menggunakan renewable carbon hingga net zero commitment," jelas Henri.

Untuk mewujudkan target tersebut, Mane melakukan sejumlah upaya di antaranya, menjual produk rendah karbon dan rendah konsumsi air, melibatkan para pemasok dalam program CSR, termasuk mengintegrasikan CSR dalam proses bisnis. Menyangkut penggunaan plastik, Mane mengusung konsep Daur, Baur, Tabur.

"Kami melakukan inovasi teknologi dan bahan baku dalam membangun untuk ikut dunia yang bebas plastik," kata Henri.

Melalui konsep tersebut, Mane mengolah sampah seperti seragam karyawan, pakaian bekas, termasuk memberdayakan para difabel untuk mengolahnya menjadi totte bag. Langkah lainnya adalah dengan mengembangkan kompos untuk memulihkan kondisi tanah.

20