Home Teknologi Selamat Datang di PreciPalm, Cara Memupuk Sawit Pakai Aplikasi Satelit

Selamat Datang di PreciPalm, Cara Memupuk Sawit Pakai Aplikasi Satelit

Pekanbaru, Gatra.com - Para petani kelapa sawit tak lagi kelimpungan untuk mencari tahu jenis pupuk apa yang dibutuhkan, seperti apa perbandingan adonan yang cocok, berapa banyak pupuk yang dibutuhkan, kapan waktu yang pas untuk memupuk dan sejujur apa para pekerja pemupukan.

Sebab sekarang sudah ada yang namanya Precision Agriculture Platform for Oil Palm (PreciPalm); sebuah inovasi berbasis aplikasi yang ditopang oleh satelit Sentinel 2 yang datanya diolah pakai Decision Support System Fertilizer (DSSF) atau Sistim Pendukung Keputusan Pemupukan. DSSF lah nanti yang memberikan rekomendasi pemupukan untuk kebun kelapa sawit itu.

Menariknya, DSSF tidak hanya menganalisa dan menghitung pupuk apa, komposisi dan berapa banyak yang dibutuhkan. Sistim ini juga akan terus memantau secara berkala perkembangan tanaman setelah pemupukan. Jadi pelayanan yang diberikan akan berkelanjutan.

Kinerja kebun juga bisa dimonitor. Kalau misalnya ada yang kurang, akan ketahuan. Terus apa yang mau dilakukan lagi, akan tertera di layar aplikasi.

Dan satu lagi yang teramat penting, akan ketahuan kejujuran dari para pemupuk. Sebab dari satelit, pupuk yang akan diaplikasikan akan termonitor.

Adalah Profesor Kudang Boro Seminar --- seorang ahli yang bisa memadukan antara pertanian dan komputasi di Institut Pertanian Bogor (IPB) --- bersama timnya sengaja datang ke kantor perwakilan Sekretariat DPP Apkasido di Pekanbaru, Riau, Minggu (19/5) untuk menjelaskan apa itu PreciPalm.

"Untuk pemupukan kelapa sawit, selama ini kita musti pakai catatan konvensional, mengambil sampel daun dan tanah sampai uji Laboratorium. Ini butuh waktu dan proses yang sangat panjang, belum lagi harus antri di laboratorium," ujar lelaki 59 tahun ini.

Tapi sekarang kata bekas Presiden Asian Federation for Information Technology in Agriculture (AFITA) itu, semuanya cukup pakai satelit, akuraninya mencapai 95-98 persen.

Modal sebuah aplikasi dan satelit, hamparan kebun kelapa sawit sudah bisa dipantau dengan cepat, dan dari hasil pantauan itu sudah bisa langsung ketahuan kandungan nutrisi apa yang ada di tanah kebun itu tanpa harus ke laboratorium.

"Laboratorium hanya akan berfungsi sebagai rekomendasi dan sebagai validisator saat pembuatan model pada suatu hamparan luas. Sebab setelah model dirumuskan, maka teknologi Precipalm ini akan secara otomatis menghitung kebutuhan pupuk berdasarkan unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Itulah makanya pengambilan sampel tanah cukup sekali untuk satu hamparan dan model yang didapat sudah bisa menjelaskan kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawit itu. Menurut kami ini adalah teknologi pertama di dunia dan kami akan terus melakukan penyempurnaan terhadap teknologi ini," katanya.

Dekan Fakultas Teknologi Pertanian IPB ini menyebut, dimanapun petani bisa memakai aplikasi ini. Petani cukup memasukkan data-data kebun --- misalnya koordinat kebun --- dan hasil yang diinginkan akan keluar.

Lantaran kerjasama dengan Apkasindo, petani kelapa sawit enggak perlu mengeluarkan duit untuk pemanfaatan PreciPalm itu. "Itulah makanya kami Tim Teknologi lengkap, hadir di ruang rapat Apkasindo ini," ujarnya.

Prof Sudirman Yahya, Tim Peneliti Teknologi PreciPalm juga menjelaskan bahwa pemantauan sampai perindividu tanaman bisa dilakukan dengan teknologi itu,"Jadi kalau pekerjaan para pemupuk enggak beres, akan ketahuan," ujar lelaki yang juga Dewan Pakar DPP Apkasindo ini.

Salah seorang Tim Ahli PreciPalm Divisi Ekofisologi Tanaman, Dr. Sudrajat, mengatakan, untuk saat ini teknologi Precipalm belum sampai pada modeling lahan gambut.

Dia berharap dengan kerjasama yang dibangun bersama Apkasindo, tim akan fokus membuat modeling lahan gambut dengan cara memetakan sebaran gambut yang ada di Riau dan mengambil titik-titik sampel yang mewakili secara keseluruhan.

Ini sangat penting lantaran menurut data yang ada, petani swadaya di beberapa propinsi di Indonesia mayoritas berkebun kelapa sawit di lahan gambut, tak terkecuali di Riau.

Jadi kalau semua sebaran gambut sudah terwakili dalam sistem modeling di data base, maka dimanapun lokasi petani sawit yang menginginkan rekomendasi pemupukan akan segera tertera dalam layar monitor dengan tingkat keakuratan mencapai 95-98 persen.

Peranan Apkasindo kata Sudrajat sangat diharapkan untuk mensukseskan teknologi ini melalui kerjasama pengambilan titik sampel di lahan petani sawit yang tersebar di lahan gambut. Konsepnya sama, terwakilinya populasi melalui sampel biar semakin sempurna modeling lahan gambut untuk paket rekomendasi pemupukan.

Untuk penyediaan pupuk bagi kepentingan hasil rekomendasi aplikasi tadi, sejak dua tahun lalu IPB sudah menjalin kerjasama riset dengan Pupuk Kaltim. Pupuk Kaltim lah nanti yang menyediakan segala bentuk pupuk yang dibutukan. Kalau misalnya harus ada komposisi khusus, Pupuk Kaltim sudah ready mengikuti formulasi itu.

Djoni Sastra, Project Manager Pre Marketing NPK Pupuk Kaltim ini menyebut, tugas Pupuk Kaltim sebagai BUMN dalam jalinan kerjasama dengan IPB tadi adalah memenuhi target pemerintah.

"Sasaran pokok kita memang meningkatkan produktivitas perkebunan kelapa sawit rakyat meski untuk perusahaan juga kita berikan pelayanan. Tapi lagi-lagi sebagai BUMN yang menjadi garda terdepan pemerintah, kami sangat mengedepankan petani sawit. Khusus petani Apkasindo, layanan ini diberikan secara gratis, ujarnya.

Ada dua benefit yang didapatkan petani lewat penggunaan aplikasi ini kata Djoni. Pertama dari sisi konsumsi pupuk akan lebih efesien, akan ada penurunan jumlah pemakaian pupuk lantaran dosisnya sudah pas.

"Kalau dosis sudah pas dan jadwal pemupukan terkontrol, produktifitas akan naik. Alhamdulillah kami yang pertama melakukan ini di Indonesia," terangnya.

Pertemuan yang berlangsung sekitar 2,5 jam itu benar-benar membikin Ketua DPP Apkasindo, Ir. Gulat Medali Emas Manurung, MP sumringah. Lelaki 46 tahun ini mengaku sangat senang dengan paparan rombongan yang dikomandani oleh Prof.Kudang tadi. Sebab dengan teknologi yang dijelaskan itu, dalam benak Gulat, petani kelapa sawit Indonesia akan muncul menjadi petani profesional yang semakin sejahtera.

"Sebelumnya kami sudah menggalakkan program pengukuran lahan petani kelapa sawit pakai drone dan sistim Global Positioning System (GPS) yang difasilitasi oleh Yayasan KEHATI. Artinya kami sudah memperkenalkan pengukuran lahan dengan teknologi. Lalu kami juga sudah menggalakkan program sawit berkelanjutan bagi petani Apkasindo. Ini sangat penting demi menjaga alam. Sejumlah pengurus Apkasindo di daerah sudah kami ikutkan diklat auditor Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO). Nah, sekarang sudah datang pula teknologi semacam ini. Jadi saya pikir, program yang sudah kami jalankan sangat klop dengan teknologi ini. Kami sudah punya data dan sudah punya pula ahli sawit berkelanjutan," ujar Gulat panjang lebar.

Untuk mempercepat pengaplikasian teknologi tadi kata Gulat, pihaknya akan bekerjasama dengan Tim Riset IPB-Pupuk Kaltim biar teknologi ini bisa segera hadir di 22 Propinsi DPW Apkasindo dan 116 Kabupaten/Kota DPD Apkasindo seluruh Indonesia.

Nanti kata Gulat, petani Apkasindo cukup menginput data koordinat lahan yang mau dipupuk di HP android, lalu paket rekomendasi pemupukan secara lengkap sudah didapat.

Data ini akan menjadi rekam medik dari tanaman petani yang selalu bisa diakses kapan saja dia mau. "Enggak terbayangkan sebelumnya teknologi pemupukan sudah secanggih ini. Kami petani Apkasindo mengucapan terimakasih kepada Pupuk Kaltim yang sudah menginisiasi riset dengan IPB hingga kemudian teknologi PreciPalm ini ada. Dengan teknologi ini, petani sawit sudah bisa menikmati kemudahan dan pelayanan rekomendasi pemupukan secara cuma-cuma," ujar Gulat sambil menyerahkan plakat DPP Apkasindo kepada Prof. Kudang sebagai tanda jalinan kerjasama.

4066