Home Teknologi UNS Siapkan Produksi Baterai Lithium Tanpa Bahan Impor

UNS Siapkan Produksi Baterai Lithium Tanpa Bahan Impor

Solo, Gatra.com -  Universitas Sebelas Maret (UNS) menjadi pusat pengembangan baterai lithium. Namun sayangnya bahan baku yang menjadi komponen utama, baterai ini masih impor. 
 
Ketua Tim Pengembangan Baterai Lithium UNS Agus Purwanto mengatakan, kebutuhan baterai lithium di Indonesia akan terus meningkat. 
 
"Tapi bahan bakunya masih impor. Hal ini yang membuat harga baterai lithium masih tinggi," ucap dia saat mendampingi Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir ke lokasi riset baterai lithium di kampus UNS, Solo, Jumat (31/5).
 
Sejauh ini, kata dia, untuk mengembangan dan memproduksi baterai lithium, UNS mendatangkan bahan baku dari Cina. UNS mengembangkan baterai lithium sejak enam tahun lalu.
 
Saat ini kapasitas produksi baterai lithium UNS mencapai seribu cell per hari. Mahalnya bahan baku impor membuat harga jual baterai produksi UNS juga tinggi.
 
"Satu cell harganya Rp40 ribu. Sudah ada beberapa mitra yang menggunakan, salah satunya motor listrik Gesits buatan ITS (Institut Teknologi Surabaya)," ucapnya.
 
Untuk menghemat biaya produksi, UNS tengah membuat bahan baku baterai lithium secara mandiri. UNS menargetkan bisa memproduksi tahun depan. "Kami akan mulai dengan skala kecil dulu, baru nanti kami tambah kapasitasnya. Kalau produksi mandiri, kami harapkan harganya bisa Rp25 ribu," ucapnya.
 
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Mohammad Nasir menyebut peluang UNS mengembangkan baterai lithium sangat tinggi. Apalagi  kebutuhan energi terbarukan di Indonesia cukup besar.
 
Baterai lithium digunakan sebagai sumber enegeri di sejumlah peralatan, antara lain mobil listrik. Penggunaan baterai lithium di mobil listrik sangat besar, mencapai 40 persen.
 
"Dengan mengembangkan baterai lithium tanpa impor, harganya bisa ditekan," ucap Nasir.
 
Menurutnya, Indonesia mempunyai sumber daya memadai untuk memproduksi lithium secara mandiri. Morowali menjadi daerah penghasil nikel sebagai bahan baku lithium.
 
"Makanya kami melakukan pengembangan produksi lithium ini. Rencananya 2021 akan kami realisasikan," ucapnya.
 
 
 
 
 
1080