Home Gaya Hidup Mudik Naik Sepeda, Pujo Gowes Jakarta-Sleman Sambil Tetap Ibadah

Mudik Naik Sepeda, Pujo Gowes Jakarta-Sleman Sambil Tetap Ibadah

Sleman, Gatra.com -  Eko Pujonarko, 42 tahun, terlihat cukup segar meski telah menempuh 550,21 kilometer dengan mengayuh sepeda. Pujo, demikian ia akrab disapa, menggenjot sepedanya dari Jakarta untuk mudik ke Sleman di Lebaran ini.
 
Saat ditemui di rumahnya Puri Kelapa Gading 1, Nomor 4, Jalan Gambuh, Padukuhan Manukan, Kelurahan Condongcatur, Depok, Sleman, Senin (3/6) siang, Pujo tak tampak kelelahan. 
 
Ia pun bercerita mengenai pengalaman pertamanya mudik menaiki sepeda dari Jakarta ke Sleman. "Sudah sejak 2016 saya ingin gowes mudik. Tapi baru 2019 ini bisa tercapai," kata penghobi olahraga sepeda dan naik gunung ini. 
 
Kesempatan mudik bersepeda ini terlaksana melalui komunitas sepedanya, Bike to Work. Komunitas ini menggelar acara tahunan mudik bersama dan bekerja sama dengan Korps Lalu Lintas Polri, BPJS Kesehatan, dan instansi pemerintah lain. "Ada lebih dari 200 peserta yang mendaftar. Jadi kami rombongan mudiknya," katanya. 
 
Karyawan swasta di Jakarta ini pun menyiapkan segala sesuatunya, baik fisik maupun perbekalan. Sepedanya juga telah diservis. Beberapa bagian, pun telah diganti seperti ban, rantai, hingga lampu untuk penerangan di malam hari. 
 
Pada Rabu (29/5), sekitar pukul 14.45 WIB, ia berangkat dari kosnya di Jakarta. Ia bertemu dengan para pemudik gowes lain di Karawang untuk mengikuti acara pelepasan mudik gowes helatan Bike to Work. 
 
Di program ini, ratusan orang mudik dengan sepeda. Alasan mereka gowes untuk mudik, kata Pujo, berbeda-beda. Ada yang memang sengaja ingin berhemat, ada pula yang diajak teman. "Kalau saya anggap ini adalah tantangan," ucapnya. 
 
Pujo bersepeda secara berombongan hingga Cirebon. Pada awalnya ia berniat lewat jalur utara karena penasaran dengan tanjakan Gombel di Semarang. 
 
Namun karena di Cirebon terpisah dari rombongan, Pujo pun memilih jalur tengah. Apalagi di jalur ini ia mendapat teman perjalanan.
 
Ia melalui perjalanan siang dan malam, secara rileks. "Aman dan nyaman," tukasnya. Selain ada asuransi, ia pun tak khawatir karena banyak posko kesehatan  di sepanjang jalur mudik. Apalagi ia telah memancangkan niat sejak awal untuk bersepeda.
 
Toh, selama perjalanan, ia mengutamakan ibadah Ramadan, seperti puasa, salat lima waktu, dan salat tarawih. Niat ini ditanamkan oleh para koleganya di komunitas sepeda.
 
"Gowes ini bukan soal sepedanya, tapi ibadahnya. Kalau dalam perjalanan ada yang mau salat tarawih, ya tarawih. Jadi kami rileks," tuturnya. 
 
Selama perjalanan, Pujo memaksimalkan bersepeda saat malam hari. Untuk itu, ia tetap menjalani puasa. "Kalau salat lima waktu saya jaga. Hanya untuk tarawih saya beberapa kali tidak," katanya.
 
Hanya pada Sabtu (1/6), ia sempat tak berpuasa. Gara-garanya ia terlambat santap sahur ketika sampai di Posko Buntu, Banyumas, Jawa Tengah. "Saat di posko, ada kasur. Saya istirahat, tidur sampai jam 5," ujar Pujo seraya tersenyum. 
 
Karena tak puasa, siang itu ia memaksimalkan gowesannya. Estimasi sampai di rumahnya di Sleman pada Minggu (2/6) malam bisa dipercepat menjadi pukul 02.30 WIB. "Hari Minggu sebelum sahur, saya sampai di rumah," katanya. 
 
Keberhasilannya bersepeda untuk mudik ini membuat Pujo ingin mengulangi tahun depan. "Saya masih penasaran jalur utara," ujarnya.
857