Home Info Pendidikan Hardiknas 2020: Mari Belajar dari Covid-19

Hardiknas 2020: Mari Belajar dari Covid-19

Jakarta, Gatra.com - Meskipun dilaksanakan pada saat kondisi Pandemi Covid-19, namun perayaan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) Tahun 2020 tetap berlangsung meriah dan sarat makna. Acara yang disiarkan lewat stasiun televisi nasional tersebut juga disiarkan secara langsung (live streaming) melalui kanal Youtube Kemdikbud RI pada Sabtu malam (2/4).

Para pendukung acara dari deretan artis ternama tetap menghibur melalui video yang diambil dari lokasi masing-masing. Penyanyi Tulus misalnya, melantunkan lagu berjudul Manusia Kuat diiringi oleh pengiring musik lewat potongan tempat masing-masing pemusik.

Atau duet Vidi Aldiano dengan Rini Wulandari yang tetap apik meskipun bernyanyi dari dua lokasi yang berbeda, tentu saja diiringi dengan penari tradisional dari lokasi yang berbeda pula.

Yang menarik, dalam rangkaian Hardiknas bertema “Belajar dari Covid-19” tersebut diselipkan pula dialog Najwa Shihab dengan Menteri Pendidikan, Nadiem Anwar Makarim. Dalam interaksi melalui video telekonferensi tersebut selain membahas tantangan pendidikan di tengah Pandemi Covid-19 juga menyinggung soal posisi sains menangani Pandemi Covid-19 ini.

“Apa tantangan terbesar yang Anda rasakan saat ini, dari berbagai perubahan yang drastis ini?" pertanyaan pertama Najwa Shihab yang disampaikan untuk Mas Menteri, sapaan akrab Mendikbud, Nadiem Makarim.

“Gunakan akal sehat,” ujar Mendikbud. Pada situasi Pandemi Covid-19 ini, kata Mendikbud mengubah tatanan kehidupan di dalam masyarakat. Kini, masyarakat diimbau pemerintah untuk tetap tinggal di rumah. Bahkan selain aspek kesehatan, wabah virus corona ini juga berdampak pada dunia pendidikan di Indonesia.

Karena harus tinggal di rumah, maka pembelajaran dilakukan secara daring. Untuk itulah, menurut Nadiem Makarim saat ini yang harus digunakan adalah akal sehat untuk memfilter dan mengontrol emosional agar tidak panik dan takut. "Lakukan hal-hal yang rasional. Tapi bagi yang panik justru mereka akan kemana-mana atau tidak bisa menjaga akal sehat," kata Mendikbud.

Selain membahas soal Pandemi Covid-19, dialog interaktif tersebut juga menyinggung teori konspirasi. Ada anggapan bahwa virus Corona berasal dari negara tertentu, atau dibuat sebagai senjata biologis. Namun, Nadiem Makarim menjawab bahwa psikologi manusia terjadi saat sesuatu yang tidak bisa dijelaskan.

Bahkan jika ada yang berpikir malas, maka akan menyalahkan seseorang. Padahal dari kacamata sains, ini semua sudah diprediksi bertahun-tahun. Bahkan dokter atau orang terpintar juga memprediksi akan terjadi fenomena seperti ini.

"Fenomena ini bisa saja akan terjadi lagi. Tapi untunglah kita bisa belajar dari experience ini," ujar Nadiem. Akan tetapi, Nadiem berpandangan bahwa saat ini manusia bisa belajar melawan virus. Bagaimana inovasi dan menemukan cara atau vaksin dengan cepat.

Selain itu, dialog bersama Najwa Shihab ini juga membahas dampak dari Pandmi Covid-19 yakni dengan tumbuhnya rasa gotong royong di tengah-tengah masyarakat. "Karena penggunaan akal sehat itu, maka masyarakat memilih jalur gotong royong. Kalau kita semua memikirkan diri sendiri maka semua gagal. Jadi ini adalah tantangan kolaborasi luar biasa," ujar Mendikbud.

Belajar dari Pandemi Covid-19

Selain sejumlah tantangan menghadapi era pendidikan di tengah pandemi saat ini, Mendikbud Nadiem Makarim juga mengatakan, dari krisis di masa pandemi ini sebetulnya kita memiliki kemampuan untuk bisa beroperasi dari mana pun.

"ini merupakan suatu potensi pembelajaran yg sangat baru untuk kita bekerja dan belajar secara efektif dari manapun," ujarnya. Sebelumnya kata Mendikbud, proses pembelajaran hanya dilakukan secara face to face maka akan berubah selama lamanya.

Dua sektor terpenting yg akan berubah adalah pendidikan dan kesehatan. Ini yg dampak teknologinya terbesar. Pendidikan karena dengan tools tools software yg tadinya kita ada sekat sekat karena terkonsentrasi dengan classroom sekarang kita bisa ber-hyper inovasi pembelajarannya. Sesuai kebutuhan segmen dan personal pembelajarannya dengan multimedia.

Situasi pandemik ini dirumah-rumah yang mengajarnya bukan cuma guru dan murid. Tetapi Ada orang tua juga dan ini kondisi ideal. Selain itu pada kesempatan Puncak perayaan Hardiknas kali ini, Mendikbud juga memaparkan dua buah bahan evaluasi proses pembelajaran selama enam minggu ini, yakni:

Pertama, adanya gap (kesenjangan) di Indonesia yang cukup besar. Banyak daerah-daerah tertinggal di Indonesia yang dirasa masih perlu untuk dibantu. Kedua, meski belum optimal karena baru pada tahap awal, jika bisa mengombinasikan antara belajar tatap muka dengan teknologi maka potensinya akan jauh lebih efektif. Sebab, teknologi akan memperkuat potensi guru.

Berbagai upaya dilakukan oleh kemdikbud untuk memudahkan proses belajar dari rumah, mulai dari melakukan pembelajaran daring, namun masih banyak daerah yang terkendala sinyal internet, maka dihadirkan lah TVRI sebagai media pembelajaran namun ternyata masih ada yang terkendala listrik. Kemdikbud terus belajar juga untuk bagaimana terus menjembatani kendala ini.

Terakhir, kepada insan pendidikan di Indonesia Mendikbud berpesan untuk bisa belajar dari Pandemi Covid-19. "Kita harus gunakan kesempatan ini untuk belajar mengenai sains, mengenai kesehatan, mengenai pendidikan, mengenai teknologi, mengenai kepemimpinan dan yang terpenting kita belajar dari hati nurani," tandasnya.

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR