Home Kesehatan Potensi Kerusakan Organ Multiple Pasien Covid-19 Hipertensi

Potensi Kerusakan Organ Multiple Pasien Covid-19 Hipertensi

Jakarta, Gatra.com - Dokter Spesialis Saraf, Amanda Tiksnadi, Sp.S (K), mengatakan, penderita hipertensi yang terinfeksi coronavirus disease 2019 (Covid)-19 mempunyai faktor resiko berlibat ganda mengalami kerusakan organ multiple.

"Kerusakan organ multiple, yaitu risiko HMOD akibat hipertensi itu sendiri ditambah dengan risiko komplikasi infeksi covid-19 yang menyerang organ target yang sama dengan hipertensi," kata Amanda dalam keterangan pers yang diterima Gatra.com Minggu (18/5), terkait peringatan Hari Hipertensi se-Dunia, 17 Mei 2020.

Walaupun demikian, lanjut Amanda, masih belum didapatkan bukti yang cukup bahwa hipertensi dan penggunaan obat-obat antihipertensi berhubungan langsung dengan peningkatan risiko maupun komplikasi infeksi Covid-19.

Amanda menjelaskan, hipertensi sendiri saja, secara perlahan tapi pasti, akan menyebabkan komplikasi kerusakan struktural dan fungsional pembuluh darah dan juga organ-organ terminal yakni mata, otak, jantung, dan ginjal.

"Hal ini dikenal dengan istilah Hypertension-Mediated Organ Damage (HMOD). Adapun beberapa manifestasi klinis HMOD terminal ini, antara lain adalah gagal jantung, sindrom koroner akut, stroke, demensia vaskuler atau pikun, gagal ginjal, dan gangguan pengelihatan termasuk kebutaan," ujarnya.

Menurut Amanda, laporan-laporan yang ada menyebutkan bahwa sekitar 35% pasien Covid-19 merupakan pengidap hipertensi, diabetes, maupun penyakit kardiovaskular lainnya. Selain itu juga, dilaporkan bahwa pengidap penyakit-penyakit tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi dan menunjukkan gejala yang lebih berat bila terinfeksi Covid-19.

"Selain komplikasi saluran pernapasan, infeksi Covid-19 juga menyebabkan berbagai komplikasi langsung di jantung, otak, dan ginjal, seperti di antaranya serangan jantung, stroke, dan gagal ginjal akut," katanya.

Selain itu, lanjut Amanda, umum juga terjadi sindrom pengentalan dan penyumbatan pembuluh darah, infeksi bakteri dan atau jamur lain, kerusakan otot dan saraf tepi serta proses autoimun yang tentunya memperburuk prognosis.

"Oleh karena itu, dapat dipahami seorang penderita hipertensi yang terinfeksi Covid-19 memiliki faktor risiko berlipat ganda untuk mengalami kerusakan organ multiple," katanya.

Hipertensi terutama dijumpai pada populasi usia lanjut. Menurutnya, usia lanjut sendiri merupakan factor mayor untuk terinfeksi dan juga beratnya komplikasi virus Covid-19.

Dengan demikian, kata Amanda, Indonesian Society of Hypertension (InaSH) atau Perhimpunan Dokter Hipertensi (PERHI) tetap merekomendasikan untuk melanjutkan upaya penanganan kasus-kasus hipertensi sesuai dengan guideline terakhir yang telah dikeluarkan InaSH tahun 2019 yang lalu.

Rekomedasi InaSH untuk penanganan kasus hipertensi ini dianjurkan karena beberapa tipe HMOD dapat bersifat reversible, dapat diatasi dengan terapi antihipertesi, terutama bila diberikan sejak dini.

"Kami mengharapkan agar orang yang sudah mengetahui bahwa ia memiliki penyakit hipertensi, untuk tetap mengikuti anjuran terapi terhadap penyakitnya sesuai arahan dokter," kata dokter dari InaSH dan PERHI ini.

Menurutnya, pemantauan secara ketat pada terapi yang diberikan, dilakukan agar mencegah perburukan kondisi jika terinfeksi Covid-19. Jika seseorang memang mengidap penyakit hipertensi, maka akan lebih baik tetap mengonsumsi obat dan melakukan tindakan preventif seperti tetap melakukan social distancing, rajin mencuci tangan, menjaga kebersihan, dan saran lainnya untuk mencegah tertularnya Covid-19.

Sementara itu, dr. Ekawati Dani Yulianti, Sp.S mengemukakan, sesuai dengan tema Hari Hipertensi Dunia tahun ini, yaitu "Know your number" yang berarti penatalaksanaan hipertensi itu bukan hanya mengenai bagaimana mencapai sasaran tekanan darah yang optimal.

"Namun juga lebih dari itu, yaitu bagaimana kita dapat mendeteksi sedini mungkin, menatalaksananya dengan baik dan benar sesuai kondisi individu pengidap yang tentu berbeda-beda, menatalaksana kondisi atau penyakit-penyakit penyerta utama lainnya, sehingga dapat mencegah komplikasi di kemudian hari, serta menatalaksana komplikasi-komplikasi dari hipertensi tersebut," ujarnya.

Harus dipahami bahwa sebagian besar hipertensi bukan merupakan penyakit yang dapat disembuhkan total dan tujuan pengobatan dan tatalaksana adalah mengendalikan tekanan darah untuk mencegah komplikasi agar dapat menjalani hidup yang bahagia dan berkualitas.

"Untuk mencapai sasaran tersebut di samping pengobatan yang teratur, juga menerapkan gaya hidup yang sehat," kata Ekawati.

497