Home Internasional Alih Fungsi Lahan Percepat Bencana Ekologis

Alih Fungsi Lahan Percepat Bencana Ekologis

Paris, Gatra.com - Laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyoroti dampak darurat akibat ulah manusia terhadap alam. Beberapa spesies akan punah dengan cepat, terutama didorong oleh alih fungsi lahan. Perlu tindakan cepat di level politik untuk menghindari bencana ekologis.

Lembaga independen, Intergovernmental Science-Policy Platform on Biodiversity and Ecosystem Services (IPBES), mengaku telah bertemu dengan perwakilan pemerintah lebih dari 130 negara di Paris untuk menyelesaikan rincian akhir dari laporan ini beberapa minggu terakhir. 

Dalam studi yang mereka lakukan, peneliti fokus pada seberapa banyak manusia bergantung pada dunia alam, baik itu untuk makanan, air bersih atau untuk menyerap pemanasan gas CO2 yang mendorong perubahan iklim.
"Saya mengatakan bahwa laporan tersebut adalah masalah kita semua, tapi saya yakin masih ada solusi. Laporan kami berbicara tentang sampai sejauh mana kita kehilangan keanekaragaman hayati, dan sejauh mana kita bisa melindunginya di masa depan," kata ketua IPBES, Prof Sir Bob Watson seperti diansir BBC, dilansir dari BBC, Senin (6/5).

Studi ini akan menganalisis dampak alih fungsi lahan terhadap alam. Pembukaan hutan untuk pertanian, didorong oleh peningkatan konsumsi produk hewani, penangkapan ikan berlebihan telah menyebabkan stok ikan di sebagian besar dunia menipis.

Laporan IPBES memperingatkan hilangnya beberapa spesies kemungkinan akan meningkat cepat dalam beberapa dekade mendatang, serta menyebabkan sebagian besar spesies mengalami kepunahan.

Contohnya, burung Skylark yang punya nama ilmiah Alauda Arvensis populasinya berkurang 50% dalam 40 tahun terakhir di seluruh Eropa padahal spesies ini tersebar luas di Eropa. Penyebab utamanya adalah perubahan budidaya pertanian yang membuat Skylark kehilangan sarang dan sumber makanan.

Lalu, kemunculan bajing merah dan kucing liar pun menjadi pemangdangan langka di Britania Raya serta Eropa. Kelansungan hidupnya terancam karena keberadaan spesies invasif hingga penggunaan pestisida.

1934