Home Internasional Kim Jong Un Lakukan 'Pembersihan' Usai Pertemuan Korut - AS di Hanoi

Kim Jong Un Lakukan 'Pembersihan' Usai Pertemuan Korut - AS di Hanoi

Seoul, Gatra.com- Korea Utara mengeksekusi utusan khusus untuk Amerika Serikat, sekaligus pejabat kementerian luar negeri, Kim Hyok Chol, yang melakukan negosiasi tingkat kerja AS-Korea Utara.

Kim Yong Chol, yang sebelumnya juga pernah menjadi mitra Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, dikabarkan juga mengalami kerja paksa saat menjelang pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, di Hanoi.

Dilansir Reuters, Kim Jong Un diyakini melakukan pembersihan besar-besaran untuk mengalihkan perhatian dari kekacauan saat itu dan ketidakpuasan internal.

"Kim Hyok Chol diselidiki dan dieksekusi di Bandara Mirim dengan empat pejabat kementerian luar negeri pada bulan Maret," kata sumber Korea Utara yang enggan disebutkan namanya.

Menurut laporan dari Harian Chosun Ilbo, kedua pejabat Korea Utara tersebut dituduh melakukan mata-mata untuk Amerika Serikat. Kim Hyok Chol sebelumnya menjadi mitra negosiasi dengan perwakilan khusus AS untuk Korea Utara, Stephen Biegun, sebelum pertemuan puncak antar kedua negara tersebut.

Di sisi lain, Kim Yong Chol dipaksa bekerja di Provinsi Jagang setelah pemecatannya. 

Menurut laporan dari Chosun, Kim Song Hye, yang juga sebelumnya melakukan negosiasi tingkat kerja dengan Kim Hyok Chol, malah dikirim ke kamp penjara politik.

Selain itu, juru bahasa untuk Kim Jong Un pada pertemuan di Hanoi, Shin Hye Yong, juga ditahan di kamp penjara politik, karena melecehkan otoritas Kim Jong Un dengan membuat kesalahan interpretasi kritis.

“Kami tidak mengetahui track record Kim Yo Jong sejak pertemuan di Hanoi. Kami mengerti bahwa Kim Jong Un telah membuatnya berbohong," ujar salah seorang pejabat pemerintah Korea Selatan yang tidak mau disebutkan namanya.

"Menghormati pemimpin di depan orang lain tetapi memimpikan hal lain ketika di belakangnya adalah tindakan anti-partai, anti-revolusioner yang dianggap menyingkirkan kesetiaan moral terhadap pemimpin, dan orang-orang semacam itu akan mendapat sanksi keras revolusi," menurut komentar di surat kabar pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun.

"Ada pengkhianat dan pengkhianat yang hanya menghafal kata-kata kesetiaan kepada pemimpin dan bahkan berubah sesuai dengan berjalannya waktu," tambah komentar tersebut.

Ini adalah pertama kalinya sejak eksekusi paman Kim Jong Un, Jang Song Thaek pada Desember 2013, bahwa ungkapan yang mengisyaratkan pembersihan seperti 'anti-partai, anti-revolusioner dan penilaian keras' muncul pada laporan di Rodong Sinmun.

328