Home Ekonomi Suara Warga Sunan Kuning Menanggapi Rencana Penutupan Lokalisasi

Suara Warga Sunan Kuning Menanggapi Rencana Penutupan Lokalisasi

Semarang, Gatra.com - Pada Agustus 2019, Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang berencana menutup resosialisasi Argorejo atau yang lebih dikenal sebagai lokalisasi Sunan Kuning di Kelurahan Kalibanteng, Semarang Barat. Warga Sunan Kuning, terutama para pelaku usaha rumahan di area tersebut,  menyatakan keberatan atas rencana tersebut.
 
"Ya kami tidak setuju. Masalahnya di sini nggak cuma lokalisasi, tapi juga ada sumber perekonomian lain bagi kami, seperti warung dan salon ini," kata Elly (52), salah seorang pemilik salon di area Sunan Kuning saat diwawancarai Gatra.com, pada Jumat (14/6) siang.
 
Menurut Elly, banyak temannya yang merupakan pelaku usaha rumahan di Sunan Kuning punya keterampilan dan potensi bisnis yang mumpuni. "Apalagi di sini itu resos (rehabilitasi sosial) yang mengajari kami banyak keterampilan. Bagi kami yang kurang berpendidikan secara formal, hal ini bermanfaat," ujarnya.
 
Selain itu, penutupan lokalisasi akan membuat wanita pekerja seks (WPS) semakin tidak terkendali.  Sebab tidak ada tempat yang legal untuk dijadikan lokalisasi. "Nanti Kota Semarang malah semakin kotor mas. Image kota Semarang semakin buruk," katanya.

Mengenai "pesangon" yang dijanjikan oleh pemerintah kepada WPS sebesar Rp 5 juta, Elly menyatakan  belum memadai untuk hidup di tengah-tengah masyarakat umum. Jumlah  itu tidak sepadan dengan risiko nasib para pekerja seks setelah penggusuran. Apalagi,  kata Elly, kebanyakan dari WPS mempunyai pendidikan yang rendah.

Hal itu membuat para pekerja bingung. Tidak mudah bagi  mantan WPS untuk mendapatkan pekerjaan di luar. "Mayoritas pendidikan WPS di sini mempunyai pendidikan rendah. Ditambah dengan image di lingkungan masyarakat yang kurang baik membuatnya ragu bagaimana nasib para pekerja setelah lokalisasi ini digusur," ucapnya.

Senada dengan Elly, Sutinah (56) pelaku usaha warung kelontong di area dekat makam menyatakan  sangat kecewa bila rencana aturan penutupan itu jadi diterapkan. "Sangat tidak setuju, karena masalahnya ini jadi satu-satunya sumber mata pencaharian saya. Terutama sudah masuk usia tua begini, buat masa tua kan kalau ngerepotin anak-anak nggak enak," ucapnya.
 
Sutinah yang memiliki tiga orang anak ini, kini tinggal sendirian di rumahnya yang juga dijadikan sebagai warung. Sejak  awal 2000  dia memiliki usaha warungan di Sunan Kuning. Penghasilannya cukup untuk  biaya hidup sehari-hari.
557