Home Internasional Bebas, Aktivis Joshua Wong Tuntut Pemimpin Hong Kong Mundur

Bebas, Aktivis Joshua Wong Tuntut Pemimpin Hong Kong Mundur

Hong Kong, Gatra.com - Aktivis demokrasi Hong Kong, Joshua Wong meminta pemimpin kota pro-Beijing, Carrie Lam untuk mengundurkan diri. Pernyataan itu dia sampaikan sesaat setelah ia bebas dari penjara, seiring protes anti-pemerintah yang bersejarah mengguncang Kota Hong Kong.

"Dia tidak lagi memenuhi syarat untuk menjadi pemimpin Hong Kong. Dia harus disalahkan dan mengundurkan diri. Bertanggung jawab dan mundur," tegas Wong dikutip dari AFP, Senin (17/6).

Berbicara kepada media di luar Lembaga Pemasyarakatan Lai Chi Kok, Wong yang berusia 22 tahun meminta pengunjuk rasa untuk melanjutkan protes dan kampanye pembangkangan sipil mereka.

Baca Juga: Gara-gara RUU Ekstradisi, Desakan Pemimpin Hong Kong Mundur Semakin Meluas

"Kami menuntut Carrie Lam untuk mundur. Kami minta sepenuhnya mencabut undang-undang ekstradisi, dan mencabut label 'kerusuhan'," ujar Wong, merujuk pada istilah Lam sebelumnya untuk menggambarkan pengunjuk rasa di awal pekan ini.

Dia juga mengecam pihak berwenang karena menembakkan gas air mata dan peluru karet selama bentrokan keras antara pengunjuk rasa dan polisi pada Rabu lalu.

"Ketika saya di penjara, saya melihat Carrie Lam menangis di siaran langsung televisi. Hal yang bisa saya katakan adalah, ketika dia meneteskan air mata, warga Hong Kong menumpahkan darah di Admiralty," jelas Wong, merujuk pada distrik tempat bentrokan terjadi.

Baca Juga: Surut Hari ini, Aksi Demonstrasi di Hong Kong Diperkirakan Masih Akan Berlanjut

Wong dikirim ke penjara pada Mei setelah kehilangan upaya untuk membatalkan hukuman penjara atas protes demokrasi besar yang ia bantu pimpin pada 2014.

Pembebasannya datang saat Hong Kong diguncang oleh protes anti-pemerintah terbesar sepanjang sejarah Hong Kong itu. Aksi demo itu pada awalnya dipicu oleh penolakan publik terhadap rencana pemerintah untuk membuat Undang-undang yang memungkinkan ekstradisi ke Cina. Namun gerakan itu telah berubah menjadi ekspresi kemarahan publik terhadap para pemimpin kota dan Beijing.

 

 

289