Home Gaya Hidup Sebagian Besar Penduduk Indonsia Tinggal di Daerah Bencana

Sebagian Besar Penduduk Indonsia Tinggal di Daerah Bencana

Semarang, Gatra.com - Sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di daerah bahaya bencana erupsi gunung berapi dan tsunami.

Menurut mantan Kepala Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Surono, Indonesia bahkan tercatat dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia yang bermukim di daerah erupsi gunung berapi dan tsunami.

“Dari data yang ada sekitar 148 juta jiwa masyarakat Indonesia bermukim dan beraktivitas di kawasan rawan bencana erupsi gunung berapi dan tsunami,” katanya pada seminar nasional tentang energi di Gedung Pascasarjana Universitas Diponegoro (Undip) di Semarang, Selasa (9/7).

 Sebagian yang lain, 40,9 juta jiwa masyarakat Indonesia, kata Surono, bermukim di zona kerentanan terhadap gerakan tanah menengah hingga tinggi yang rawan bencana gempa bumi dan tanah longsor. 

Dengan kondisi ini, Indonesia juga dikenal paling banyak korban jiwa akibat bencana alam erupsi gunung berapi, tsunami, dan gempa bumi. “Perbandingannya bila di seluruh dunia pada 2000-2011 terjadi 12 gempa bumi yang menyebabkan lebih dari 1.000 korban jiwa, setara dengan empat kali gampa bumi di Tanah Air dengan jumlah korban jiwa yang sama,” ujar Surono.

Lebih lanjut Mbah Rono, panggilan akrab Surono, menyatakan masyarakat memilih tetap tinggal di daerah rawan erupsi gunung berapi yang setiap saat mengancam jiwa mereka karena tanahnya subur dan banyak sumber air.

Kesuburan tanah ini dimanfaatkan masyarakat setempat dengan menanam berbagai tanaman pertanian seperti jagung, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayuran, dan hortikultura lain. “Daerah sekitar gunung berapi juga memiliki pemandangan alam dan kondisi cuaca yang unik,” katanya.

Meski begitu, Mbah Rono, menyarankan perlu dilakukan mitigasi dengan melakukan pemetaan kawasan rawan bencana dan melakukan sosialisasi kepada masyarakat tentang ancaman bahaya.

Tidak ada pemurkiman permanen rumah penduduk pada kawasan rawan bencana (KRB) III mengacu pada analisi risiko bencana. “Perlu ada pendidikan dan latihan kepada masyarakat tentang ancaman dan tata cara antisipasi bahaya,” ujarnya.

 

4177