Home Gaya Hidup Pembeli Sepi, par Ombus–ombus Tetap Jajakan Dagangan

Pembeli Sepi, par Ombus–ombus Tetap Jajakan Dagangan

Tapanuliutara, Gatra.com - Pagi itu, cuaca cerah. Namun rezeki Gilbert Sihombing tidak secerah mentari pagi. Seperti hari-hari sebelumnya, pembeli selalu sepi. Walau sepi, lelaki berusia 35 tahun tersebut tetap setia menjajakkan makanan tradisional dari Siborongborong tersebut. Makanan bernama Ombus – ombus.

Gilbert adalah satu dari sekian banyak kaum adam yang berprofesi sebagai parombus-ombus atau pedagang ombus-ombus. Ombus – ombus adalah penganan khas di Tapanuli Utara (Taput). Parombus-ombus menjajakan kue dari adonan tepung beras dan parutan kelapa itu dengan menggunakan sepeda ontel di pasar dan di terminal.

Baca Juga: Pemerintah Kebut Pembangunan Wisata Danau Toba

Ombus – ombus memiliki arti di hembus. Sebutan itu diberikan kepada makanan yang dibungkus daun pisang tersebut karena dijual dalam kondisi panas. Sehingga pembeli yang ingin memakannya harus menghembus makanan tersebut agar tidak terlalu panas.

Ombus – ombus menjadi pilihan jajanan ketika mengunjungi Siborongborong. Karena makanan tersebut sudah menjadi penghangat lidah saat merasakan udara dingin di kawasan yang berada diatas 1000 dpl tersebut.

Baca Juga: Kerusakan Danau Toba Parah, BLH Sumut Mengatakan Ringan

Namun saat ini pedagangan ombus – ombus sudah mulai banyak berkurang. Karena banyak dari para pria pendayung sepeda ontel tersebut memilih profesi lain. Bahkan menurut Sihombing, saat ini pedagang ombus – ombus yang menggunakan sepeda ontel hanya 10 orang.

Pasalnya saat ini ombus – ombus sudah disediakan di warung kopi, di restoran dan di beberapa kawasan yang menyajikannya lebih menarik. Termasuk di kawasan Bandar Udara (Bandara) Silangit. Sihombing merasa bahwa mereka kalah bersaing dengan pedagang lain.

Baca Juga: Jumlah Wisatawan Danau Toba Diatas 50 ribu

“Pasar kami kan sudah berkurang. Karena itu, kami harus bergantian berjualan sekali 2 hari. Kami sudah tentukan jadwal dengan sesama par ombus-ombus,” jelasnya.

Strategi itu demi menjaga pendapatan para pedagang ombus – ombus. Namun meskipun demikian, Sihombing mengaku bahwa berjualan ombus – ombus tidak dapat memenuhi kebutuhan dengan baik. Bahkan di khawatir jika kelak parombus – ombus tidak lagi ada.

Baca Juga: Pendekatan Budaya Solusi Kerusakan Danau Toba

Contohnya saja, saat ditemui Gatra.com, Sihombing hanya bisa meraup laba Rp 80 ribu perhari dari berjualan ombus-ombus. Uang itulah yang akan dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, salah seorang pembeli ombus – ombus, Nelson mengatakan bahwa jajanan khas dari Siborongborong harus dipertahankan. “Kuliner seperti ini harus dipertahankan. Rasanya enak. Dan khas# kata anak muda berkacamata ini,” jelasnya.

Reporter: Jon RT Purba

1528