Home Ekonomi DJN : Produksi dan Mutu Jagung Lokal Tak Kalah Dengan Impor

DJN : Produksi dan Mutu Jagung Lokal Tak Kalah Dengan Impor

Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Dewan Jagung Nasional (DJN), Fadel Muhammad berpendapat, bahwa jagung Indonesia mencukupi ketersediannya untuk menutupi kebutuhan nasional dan layak konsumsi. 

Fadel berpendapat poduksi jagung nasional juga mampu bersaing di pasar regional, sehingga janggal jika dikategorikan produksi jagung nasional kalah saing dengan impor.

"Indonesia sudah bisa ekspor (jagung) ke ASEAN, seperti pernah ke Filipina dan Malaysia. Produksi jagung juga dipacu agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat," katanya dalam pernyataan tertulis, Sabtu (24/8).

Sambungnya, terkait produktivitas jagung, Indonesia sebenarnya tidak perlu merasa khawatir. Pasalnya, ada sekitar 22 daerah yang digolongkan sentra jagung tersebar di Tanah Air.

Baca juga: Indonesia Miliki Potensi di Industri Pati Jagung

"Seperti di antaranya ada wilayah provinsi di Jawa Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, Lampung, Jawa Tengah dan Nusa Tenggara Barat," ujarnya.

Menurut Fadel, produksi jagung yang cukup di Indonesia juga menyangkut dengan kehidupan dan kepentingan ketahanan pangan nasional. Termasuk mendukung kemajuan subsektor peternakan.

Fadel mencontohkan pengembangan subsektor industri unggas di wilayah sentra jagung, sehingga tidak lagi mengandalkan jagung impor sebagai pakan ternak.

Lanjutnya, upaya peningkatan produktivitas jagung nasional akan menyentuh kesejahteraan taraf hidup petani. Mengandalkan jagung impor untuk domestik bakal membuat ekonomi dan pendapatan petani lokal menurun.

"Impor jagung juga melakukan produksi dalam negeri. Jagung Indonesia itu punya banyak varietas unggulan. Wilayah penghasilnya juga banyak," ucapnya.

Oleh sebab itu, Fadel mencurigai adanya ulah mafia pangan dan dugaan mencari keuntungan lebih melalui cara tidak wajar dari gencarnya keinginan mengimpor jagung.

Baca juga: Musim Kemarau, Purbalingga Panen 7,9 Ton Jagung per Hektare

Guru Besar Ilmu Ekonomi Pertanian, Universitas Lampung, Bustanul Arifin berpendapat pendampingan kepada petani dan produksi jagung rendah aflatoksin harus didorong untung bisa memenuhi kebutuhan industri.

Bustanul mengharapkan pelaku industri pengolahan jagung bermitra dengan petani, sehingga jagung lokal bisa terserap oleh industri. Menurutnya, hal ini dapat menguntungkan pelaku industri karena dapat mengamankan suplai, rantai pasok, dan meningkatkan niai tambah.

"Melihat jagung potensinya besar, kalau ada human investment (investasi manusia) harus ada pemdampingan khusus," tuturnya ketika ditemui di Jakarta, Kamis (22/8).

Mengenai jagung, Presiden Joko Widodo pernah mengungkapkan bahwa tahun 2018 Indonesia sudah mampu ekspor sebanyak 380 ribu ton. 

Kemudian, selama 2014-2018, Indonesia juga sudah mampu menekan impor jagung sebesar 3,3 juta ton.Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi jagung nasional pada tahun 2014 sebesar 19,0 juta ton. 

Kemudian, produksi jagung meningkat menjadi 19,6 juta ton pada tahun 2015. Tren kenaikan produksi jagung terus berlanjut tahun 2016 menjadi 23,6 juta ton. Lalu tahun 2017 produksi jagung mencapai 28,9 juta ton.Produksi jagung Indonesia tahun 2018 kembali melonjak hingga mencapai 30 juta ton. 

Berdasarkan data dari Kementerian Pertanian, kebutuhan pasokan jagung untuk pakan ternak dan industri saat ini di Indonesia mencapai 7,8 juta ton hingga 11,1 juta ton. 

407