Nunukan, Gatra.com - Internet bagi masyarakat yang tinggal di Pulau Jawa, terutama kota-kota besar seperti Jakarta, setiap saat dapat diperoleh dengan mudah. Layanan internet memakai teknologi 4G, bahkan di beberapa lokasi sudah 5G.
Namun tidak demikian dengan masyarakat di daerah perbatasan. Internet manjadi barang mewah yang tidak bisa mereka akses setiap hari.
Misalnya di Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan Serawak, Malaysia. Transportasi menuju daerah ini hanya bisa dijangkau melalui udara.
“Internet di kecamatan ada, tapi lama sekali. Dulu awal ada internet cepat sekali, sekarang di kecamatan banyak yang pakai jadi lama, itu pakai untuk tugas saja,” kata pegawai kecamatan Krayan, Neftali kepada Gatra.com, Jumat (30/8).
Baca juga: Pun Pudut Tutum Bala, Nama Adat Dayak Menkominfo Rudiantara
Meski demikian, Neftali bersyukur akses telekomunikasi di Krayan saat ini jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sehingga ia tidak perlu lagi ke Malaysia sekedar untuk menelepon kerabat.
“Sekarang sudah bisa telepon, enggak perlu ke seberang (Malaysia) lagi. Jauh lebih baik lah, 2G sudah ada komunikasi ke saudara jadi mudah, sudah bisa di Krayan. Internet ya pakai wifi kalau warga di sini,” tutup pria beperawakan kurus ini.
Ada cerita unik di balik sulitnya akses internet yang dialami warga Krayan, penjual paket wifi bermunculan bak cendawan di musim hujan. Wifi ini menjadi andalan warga untuk mengakses internet.
Paket wifi dijual mulai dari Rp20.000 untuk kapasitas 128 megabyte sampai Rp120 ribu untuk 1 gigabyte. Namun satu username dan password dipakai hanya untuk satu gawai.
Paket wifi biasanya dijual di warung internet atau penginapan (homestay) yang ada di Krayan. Meski tergolong mahal, namun paket wifi laris manis dibeli warga.
“Sehari omzetnya bisa mencapai Rp500 ribu. Warga di sini, anak sekolah juga beli. Sehari itu pasti ada yang beli,” ujar penjual paket wifi di Homestay Maranatha.
