2_thumb.png "Istri Lettu Agam Disebut Sejak Awal Umbar Masalah Keluarga ke Media Sosial")
1_thumb.png "TNI AU Terjunkan Paket Bantuan BAZNAS untuk Palestina dari Udara")
_thumb.jpg "Ini Cerita Sekjen PDIP, Beberkan Curhatan Mensos Risma soal Bantuan Beras")
Jakarta, Gatra.com - Guru Besar Hukum Tata Negara Universitas Indonesia, Jimly Asshiddiqie berpendapat, tersenyumnya mantan Presiden RI, Bacharuddin Jusuf Habibie ketika wafat saat azan maghrib berkumandang. Hal ini merupakan pertanda baik.
"Saya merasa meninggalnya berada di detik yang baik. Itu namanya khusnul khatimah, berakhir dengan baik," ujarnya di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta, Kamis (12/9).
Jimly bercerita, ia bersama Quraish Shihab, Malik Fadjar, Wardiman Djojonegoro, dan Sofian Effendi dipanggil almarhum karena ingin menyampaikan pesan sebelum wafat.
"Kami dipanggil katanya disamapaikan sebelum ditidurkan oleh alat. Kami datang [ternyata] sudah ditidurkan. Jadi nggak sempat komunikasi," ujar Mantan Ketua Mahlamah Konstitusi itu.
Kemudian, Ia menuturkan, Habibie sudah sadar pada Senin lalu (9/9). Namun, beliau sudah tidak bisa dikomunikasi. "Ketemu Pak Quraish, beliau keluar air mata," ujarnya.
Jimly sempat bertemu Habibie dan mengobrol selama setengah jam. "Macam-macam, bicara tentang Indonesia," ujarnya. Sambungnya, Habibie berbicara dengan semangat, sampai dihentikan oleh dokter.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah terpilih tersebut mengenang Habibie sebagai sosok yang cinta tanah air. "Jangan pernah berpikir untuk berhenti mencintai Indonesia," lanjutnya.
