Home Ekonomi ADUPI Sebut, Industri Daur Ulang Masih Belum Bisa Bersaing

ADUPI Sebut, Industri Daur Ulang Masih Belum Bisa Bersaing

Jakarta, Gatra.com - Banyak industri daur ulang di Indonesia belum bisa berkompetisi karena masih menjalankan sistem pemilihan sampah yang buruk. Menurut Bendahara Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) Randi Saputra, masyarakat belum teredukasi. 

"Pemilahan sampah yang buruk ini, membuat industri sampah tidak kompetitif. Harganya juga tidak kompetitif karena rumitnya regulasi," ujarnya saat dikonfirmasi Gatra.com, Jumat (20/9).

Padahal, Randi berujar, Indonesia memiliki bahan baku sampah plastik yang cukup besar. Setiap tahun, ada 65 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia. Kemudian, 15% dari jumlah tersebut merupakan sampah plastik. Namun, karena pengelolaan dan pemilahannya buruk, tidak semua sampah plastik itu bisa terdaur ulang.

Selain bermuara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sampah plastik kerap mencemari laut. "Ini adalah permasalahan besar di Indonesia. Kita sudah minta pemerintah untuk membuat sistem pemilahan sampah," tuturnya. 

Sekretaris Jenderal Indonesian Plastic Recyclers (IPR) Wilson Pandhika mengatakan, perbaikan di sektor pemilihan sampah dapat memangkas biaya pengelolaan yang lebih rendah, sehingga dapat bersaing dengan harga bahan baku murni.

"Ini kondisi yang kita harapkan dan bisa berubah melalui bantuan dari beberapa pihak, termasuk sokongan pemerintah," ujarnya.

Mengenai keberadaan pemulung, Wilson mengatakan, sebagai salah satu mata rantai dari pada pengelolaan sampah, pemulung perlu diperhatikan. Di Indonesia, kata Wilson, ada sekitar 4 juta hingga 5 juta pemulung. 

"Itu perlu kita berikan perhatian yang lebih baik, sehingga mereka dapat meningkatkan taraf hidup. Di satu sisi, dapat memperbaiki masalah pengumpulan dan pemilahannya lagi. [Oleh karena itu],  sampah yang dikumpulkan atau diantarkan ke daur ulang itu kualitasnya bisa lebih baik," imbuhnya.

Selain itu, Wilson mengatakan, berbagai produk menggunakan kemasan 100% berbahan daur ulang. Dari segi harga, memang lebih mahal daripada bahan murni karena melewati proses pengolahan yang panjang. 

Menurutnya, Pemerintah dapat berperan aktif, terutama dalam memberikan insentif atau kampanye. Selain itu, mengarahkan masyarakat untuk memilih produk daur ulang yang memiliki beragam instrumen. 
 

257