Home Politik Rahasia Jenderal Soedirman Lolos dari Kepungan Belanda

Rahasia Jenderal Soedirman Lolos dari Kepungan Belanda

Purbalingga, Gatra.com – Mantan pengawal Jenderal Soedirman, Mayor (Purn) DR Abu Arifin bercerita kepada Gatra.com pada Sabtu (5/10), perang gerilya ini merupakan perang terpanjang sesudah Indonesia merdeka.

Selama tujuh bulan, banyak pejuang yang gugur. Permasalahan tidak hanya seputar pertempuran, pasukan Indonesia berhadapan dengan senjata logistik yang terbatas. 

Saat itu, tepatnya pada 19 Desember, pesawat tempur Belanda terdengar di keheningan Yogyakarta. Rupanya, Belanda mengkhianati gencatan senjata dalam perjanjian Renville. Mereka melawan pasukan Republik Indonesia, terutama TNI yang saat itu masih berusia muda.

Setelah menyeranh warga di Lapangan Udara Maguwo, pasukan Belanda menuju Majuke Kota Yogyakarta. Presiden Soekarno dan Wakil Presiden, Mochamad Hatta ditangkap. Indonesia dalam kondisi lumpuh, meski pemerintahan dan Ibu Kota sempat diserahkan ke Bukit Tinggi.

Namun, Panglima Jenderal Besar Soedirman enggan tertangkap. Ia memutuskan untuk mengadakan perang gerilya, setelah sempat meminta izin kepada Presiden Soekarno.

Belanda ingin meghabisi Jenderal Soedirman karena dia adalah satu-satunya harapan rakyat Indonesia saat itu. Soekarno, Hatta, dan petinggi negeri lainnya telah ditangkap.

“Terutama untuk Jenderal Soedirman. Beliau sedang sakit. Kami harus melindungi dengan segenap jiwa dan raga. Toh, Jenderal Soedirman selalu lolos,” ucapnya.

Menurut dia, ada rahasia kenapa Jenderal Soedirman selalu lolos dari intaian Belanda. Ia begitu dicintai oleh rakyat dan pasukannya.

“Ia adalah simbol dan harapan rakyat Indonesia,” ujarnya.

Di setiap desa yang disinggahi, rakyat selalu berkerumun. Saat ini, sangat menyulitkan Belanda.

Mereka berpikir, untuk menangkap Jenderal Soedirman, mereka harus membunuh sekian ratus rakyat dan para pengawal setianya. Itu adalah pertaruhan besar. Mereka menghitung pengorbanan jika tentara dan rakyat balik menyerang secara bersamaan.

Selama berhari-hari mereka menyusuri pegunungan kapur.  “Jangan tanya bawa jaket apa tidak. Pakaian itu yang melekat di badan,” ucap Arifin.

Pada hari yang berbeda, pasukan terkepung di sebuah hutan rotan oleh pasukan Belanda hingga lima hari berturut-turut, tanpa makanan.

Dengan keberanian luar biasa, demi sang Jenderal Soedirman, salah satu komandan Kompi I, Kapten Suparjo Rustam menyusup keluar menjual baju batik yang lusuh. Ia berhasil menghindari sergapan pasukan Belanda yang berderet-deret.

“Jenderal Soedirman sedang sakit. Saat itu yang diperoleh bukan beras, bukan nasi, tetapi oyek,” ujarnya.

Bagi Abu Arifin, Jenderal Soedirman adalah sosok yang sangat taat beragama. Baginya, selamatnya Jenderal Soedirman hingga perang gerilya berakhir adalah mukjizat. Selain dicintai oleh rakyat dan pasukannya, Jenderal Soedirman disayangi Tuhan.

“Ini adalah mukjizat. Jenderal Soedirman bisa selamat dalam perang gerilya selama tujuh bulan,” ungkapnya.

11224