Home Gaya Hidup Cuma 5,5 Persen Warmindo Yogyakarta yang Peduli Sampah

Cuma 5,5 Persen Warmindo Yogyakarta yang Peduli Sampah

Sleman, Gatra.com– Dari sekitar 800 warmindo di Kota Yogyakarta, baru 44 warung penjual mi instan ini atau 5,5 persen saja yang ikut bergabung di program pengelolaan sampah ‘Warmindo Go Green’. Program yang digagas sejak Mei lalu ini disebut terkendala sosialisasi.

Bertempat di Hotel Sahid, Sleman, Rabu (9/10), sebanyak 44 pengelola warmindo yang beroperasi di Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta meluncurkan ‘Kick of Go Green’.

Sesepuh komunitas warmindo Kecamatan Umbulharjo Nanang Nurahman menerangkan warmindo yang bergabung di gerakan ini beroperasi di empat kelurahan yakni Pandeyan, Warungboto, Mujamuju, dan Tahunan.

“Sejak Mei lalu kami mendengar mengenai program ini katanya sukses di Semarang,” jelasnya.

Dalam pelaksanaannya, pengelola warmindo diwajibkan memilah sampah-sampah yang bisa didaur ulang dan disetorkan ke bank sampah terdekat. Dari pengumpulan sampah ini, pemilik Warmindo akan mendapat kompensasi rupiah di jangka waktu tertentu.

“Memang kendala terberat adalah sosialisasi. Kami bersyukur rekan-rekan warmindo hadir memiliki kesadaran dan kepedulian akan lingkungan. Harapan akan banyak rekan-rekan yang ikut,” kata Nanang.

Salah satu pemilik warmindo di Semarang, Sanen, hadir untuk berbagi cerita program itu. Ia menerangkan saat ini baru 70 dari 300-an warung di Semarang yang ikut serta program. Padahal sosialisasi terus dilakukan oleh komunitas dan mitra kerja.

“Awalnya memang tidak terbiasa memilah karena terbiasa membuang apapun dalam satu kantong. Namun sekarang komunitas Warmindo Go Green menyediakan tiga jenis kantong sampah,” katanya.

Dimulai sejak tahun lalu, Sanen mengatakan pengelola warmindo mulai menjaga kebersihan. Jika dulu sampah plastik dibiarkan atau ditendang agar masuk ke lahan orang lain, sekarang dengan kesadaran sendiri sampah itu dipungut.

Dalam sehari rata-rata warmindo menghasilkan 3-4 kantong plastik sampah ukuran 3 kilogram. Bekerjasama dengan bank sampah terdekat, Sanen menyebut selama empat bulan mendapat tambahan dari sampah Rp600 ribu.

“Lumayan sebagai tabungan dan lingkungan kami sekarang bertambah bersih,” jelas Sanen yang memiliki warmindo di kawasan Universitas Negeri Semarang.

Branch Manajer Indofood area Daerah Istimewa Yogyakarta­-Jawa Tengah Devie Permana berkata menumbuhkan kesadaran peduli lingkungan pada 800 pengelola warmindo tidak mudah. Sejak Lebaran hanya, tim hanya berhasil menjaring 44 warung.

“Bekerjasama dengan Dinas Lingkungan Hidup Kota Yogyakarta, warmindo diarahkan ke 14 bank sampah. Dari sana tim kontrol melakukan penilaian aktif atau tidaknya pengelola. Keaktifan nantinya akan diberi penghargaan dan sertifikat,” katanya.

Saat ini, kata dia, kompesansi bukan menjadi perhatian utama, tapi mementingkan tumbuhnya kesadaran di kalangan pengelola warmindo. Davie menargetkan di Kota Yogyakarta setiap tahun akan ada tambahan minimal 10 warmindo ikut program ini.

Sebelumnya, Wali Kota Haryadi Suyuti menyambut baik program ini karena akan mampu memberi dampak pada penyelesaian sampah di Kota Yogyakarta yang setiap harinya berjumlah 600 ton.

574