Home Ekonomi Ekonomi Pancasila, Ekonomi Jalan Tengah

Ekonomi Pancasila, Ekonomi Jalan Tengah

Bogor, Gatra.com - Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor (IPB), Didin S Damanhuri berpendapat bahwa Ekonomi Pancasila merupakan sistem ekonomi yang menjadi jalan tengah bagi sisitem ekonomi dunia.
 
"Pancasila jalan tengah dibandingkan liberalisme dan sosialisme," katanya dalam Kuliah Umum Pancasilanomics di Kampus Dramaga, IPB, Bogor, Sabtu (19/10).
 
Didin melihat mazhab ekonomi liberalisme sukses di tempat asalnya di Eropa dan Amerika, namun gagal terlaksana di negara-negara berkembang.
 
"Ini yang tidak didasari ekonom di negara-negara berkembang. Implikasi ideologi memakmurkan orang per orang. Oligarki sekelompok orang yang menguasai keuangan," jelasnya. Lanjutnya, elaborasi ekonomi pancasila belum berkembang di Indonesia.
 
Didin mengungkapkan beberapa negara sukses mengawinkan berbagai sistem ekonomi dengan nilai-nilai atau ideologi yang dianut negara tersebut. Ia mencontohkan Cina berhasil mengawinkan Marxisme-sosiakis dengan resep industrialisaso Jepang, Eropa, dan Amerika dalam menjakankan kebijakan ekonominya.
 
"Pancasila alat kritik terhadap struktur ketidakadilan dalam bangsa ini. Sampai sekarang belum selesai," ujarnya.
 
Wakil Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional, Arif Budimanta mengatakan ada tiga corak dalam ekonomi Pancasila, yaitu pertama, Pancasila sebagai ruh atau jiwa dari sistem perekononian; kedua, tidak anti pasar, tetapi dimaknai sebagai resultante relasi sosial; dan ketiga, negara harus hadir untuk mendukung pelaku ekonomi yang lemah dan terlemahkan.
 
"Pancasila dasar dalam kehidupan kita dalam bernegara dan berbangsa. Sistem ekonomi nasional seyogyamya berlandaskan pancasila," jelasnya.
 
Arif menjelaskan ekonomi Pancasila bertujuan memajukan kemanusian dan membangun perdaban menuju persatuan nasional. 
 
"Berbicara ekonomi dalam konteks, negara maka yang kita cari bukan keseimbanagn pasar. Percuma terjadi keseimvangan pasar kalau berantakan, rakyatnya pecah belah," tegasnya. Ia mencontohkan Uni Soviet, Yugoslavia, dan Cekoslovakian sebagai motor ekonomi di Eropa Timur pada jamannya.
616