Home Ekonomi Setrum Angin dan Srengenge Dongkrak Ekonomi Warga Bondan

Setrum Angin dan Srengenge Dongkrak Ekonomi Warga Bondan

Cilacap, Gatra.com – Dusun Bondan, Desa Ujung Alang, Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah mungkin masih asing di telinga. Tetapi, ini lah kampung mendiri energi dengan pemanfaatan surya dan angin.

Panel surya menangkap energi dan mengkonversinya menjadi listrik yang lantas dialirkan ke rumah-rumah penduduk. Daya matahari ini, diperkuat dengan teknologi kincir angin yang membuat listrik di Dusun Bondah cukup untuk melakukan kegiatan produktif.

Seorang warga Bonda, Aming Sanjaya (29 th) mengatakan, sebelum ada energi listrik, ia adalah nelayan perairan Laguna Segara Anakan. Bertambah hari, jumlah ikan semakin menipis lantaran rusaknya ekosistem. Imbasnya, penghasilannya pun menurun drastis.

Lantas, Aming pun menjadi pengelola tambak. Bukannya untung dan beranjak sejahtera, Aming justru buntung. Ketiadaan energi saat itu menyebabkannya tak bisa menggunakan berbagai peralatan wajib yang menggunakan energi listrik. Aming pun gulung tikar.

“Kalau sekarang sudah lebih baik. Karena kita sekarang juga bisa menyimpan ikan hasil tangkapan di freezer. Kemudian ada bimbingan teknologi dan bantuan peralatan dari Pertamina sehingga hasil tambaknya meningkat,” ucap Aming, Kamis (24/10).

Serupa dengan Aming yang menjadi kini menjadi petambak, Ida Rosita dan Itin Ratnasari kini tak sekadar bermata pencaharian mencari kerang sungai payau, Toe. Kini mereka beranjak menjadi produsen makanan kecil berbahan dasar ikan dan udang.

Kedua ibu berusia muda ini bahu membahu membangun bisnis, meski dari skala yang kecil. Tiap bulan, omzetnya masih kisaran Rp2,5 juta. “Pemasarannya kan dekat-dekat sini saja, paling di Cilacap, dititipkan warung. Ke Kawunganten juga sudah mulai. Ya berkembang lah,” ucap Ida, yang saat itu tengah mengemas kerupuk udang dan ikan.

Ida menjelaskan, sebelum ada listrik tenaga surya dan angin, warga tak bisa membuat kerajinan apapun. Pasalnya, sebagian peralatan butuh suplai listrik. Akibatnya, sebagian warga hanya bermata pencaharian sebagai pencari ikan, kepiting, kerang, dan udang. “Ya sudah ada tambahan penghasilan. Kalau mencari kerangnya masih. Tapi sekarang dijual dalam betuk olahan,” jelasnya.

Unit Manager Communication, Relation and CSR Refinery Unit IV Cilacap, Laode Syarifuddin Mursali mengatakan, pada 2017 Pertamina menghadirkan Energi Mandiri Tenaga Surya dan Angin (Emas Bayu) dan Energi Mandiri Tambak Ikan (Embak Mina) di kampung ini. Setelah mandiri secara energi, Pertamina kemudian meningkatkan kemandirian masyarakat secara ekonomi melalui Program Embak Mina pada area seluas dua hektare tambak dengan metode silvofisher.

Dia mengklaim, program ini bahkan berhasil meningkatkan pendapatan sebesar 50 persen atau sekitar Rp1.000.000 setiap anggota kelompok. “Kawasan Dusun Bondan ini dulunya terdapat 90 % lahan tambak yang belum optimal. Padahal sekitar 53 persen penduduknya ada dalam usia produktif. Dengan hadirnya Emas Bayu dan Embak Mina ini mampu meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar 50 persen. Sekarang tambak-tambak yang ada juga sudah produktif dan teraliri listrik,” kata Laode.

Melalui bantuan ini, hasil olahan tambak yang sebelumnya dijual murah sekarang setelah adanya freezer petambak dapat menyimpan dan menjual ikan dengan harga yang lebih tinggi. Selain itu Program Embak Mina juga telah menghasilkan Produk Olahan Tambak yang sudah mulai dipasarkan di toko oleh-oleh di sekitar Cilacap.

“Pengembangan energi terbarukan menjadi komitmen Pertamina dalam rangka mewujudkan energi bersih dan ramah lingkungan. Pertamina mengembangkan energi terbarukan tidak hanya pada Kilang Cilacap dan kantor operasinal saja, tetapi juga memperluas kepada masyarakat yang ada di wilayah operasi agar sama-sama bisa menikmati energi bersih,” dia menjelaskan.

192