Home Kesehatan Daerah Terpapar Asap Karhutla, Didapati Kasus Ispa Terbanyak

Daerah Terpapar Asap Karhutla, Didapati Kasus Ispa Terbanyak

 

Palembang, Gatra.com – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih terjadi di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) sampai bulan November ini. Pada bulan September yang juga menjadi puncak musim kemarau didapati empat daerah terpapar asap karhutla memiliki jumlah kasus Penyakit Inpeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) terbanyak. Keempat daerah itu, yakni Kota Palembang, Kabupaten Musi Banyuasin, Banyuasin dan Ogan Ilir.

Adapun jumlah kasus ispa pada bulan September di Sumsel mencapai 55.248 kasus, pada Agustus sebanyak 50.862 kasus dan pada Juli sebanyak 40.874 kasus.

“Data yang diperoleh dinas kesehatan provinsi Sumsel, bersumber dari dinas kesehatan kota dan kabupaten dan dari Juli, Agustus dan September terjadi peningkatan kasus Ispa,” kata Kepala Bidang (Kabid) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumsel, Ferry Yanuar, Senin (11/11).

Berdasarkan data itu, pada bulan September ialah bulan dengan jumlah kasus Ispa terbanyak pada tahun ini.

“Sementara data kasus Ispa yang terjadi pada bulan Oktober belum ada, rekap lengkap dari laporan dinas kota dan kabupaten belum lengkap diterima. Pada bulan Oktober dan November diperkirakan mengalami penurunan,” sambung ia.

Berdasarkan tabulasi data tersebut, daerah dengan jumlah Ispa terbanyak pada September, yakni kota Palembang mencapai 14.714 kasus, yang pada bulan Agustus sebanyak 11.863 kasus dan sebulan sebelumnya, Juli sebanyak 10.744 kasus. Sementara, kabupaten dengan jumlah kasus ispa terbanyak lainnya yakni Banyuasin yang mencapai 7.416 kasus, dan Musi Banyuasin mencapai 7.456 kasus. Selain ketiga wilayah itu, kabupaten Ogan Ilir juga menjadi wilayah dengan jumlah kasus ispa terbanyak yakni mencapai 5.295 kasus.

Sementara pada bulan Agustus, jumlah kasus Ispa terbanyak juga berada di Palembang yakni 11.863 kasus, Muara Enim, Musi Banyuasin, Banyuasin dan kembali disusul jumlah penderita di kabupaten Ogan Ilir.

Namun, kata Ferry, penyakit ispa tidak juga selalu disebabkan karena asap karhutla. Penyakit ispa juga dipengaruhi oleh ketahanan tubuh dari masing-masing orang. “Gejala penyakit itu bisa batuk, suhu badan meningkat (demam), sesak napas dan ispa juga dipengaruhi oleh banyak faktor, tentu pengaruh kualitas udara juga bisa atau pengaruh karena yang bersangkutan memiliki penyakit penyerta, seperti gejala asma, bronkitis, pneumonia,” terang dia.

Ferry menambahkan kasus ispa tidak hanya terjadi di musim kemarau, namun juga musim hujan karena berdasarkan data yang masuk, pada bulan April lalu, jumlah ispa juga mengalami peningkatan. “Ispa ini, penyakitnya relatif umum, dan bisa banyak gejala yang bisa dikatagorikan penyakit ispa ini. Sementara kasus ispa untuk kota Palembang, kemungkinan juga lebih dipengaruhi faktor umlah penduduk dan jumlah layanan kesehatan yang telah ada,” pungkasnya.

Berdasarkan data meteorlogi BMKG stasiun Bandara SMB II Palembang, keempat wilayah dengan jumlah kasus ispa terbanyak saat kemarau merupakan wilayah yang terpapar asap hasil karhutla.

 

160