Banyumas, Gatra.com - Tidak seperti kebanyakan pemuda desa, para petani muda di Banyumas, Jawa Tengah ini memilih untuk membangun usahanya sendiri di Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang. Mereka mendirikan Kelompok Tani Hutan (Poktan) Darmajaya dan membuka usaha kebun serta ternak lebah secara mandiri.
Salah satu anggota Poktan Darmajaya, Teguh Waluyo (30) menuturkan, sejak tahun 2014 para pemuda di desanya mulai merintis kebun buah Prawita Garden. Kebun itu kemudian berkembang menjadi peternakan lebah.
"(Lahan) Ini dulunya tempat sampah sekitar 1 meter persegi. Lalu kami bersihkan dan digunakan untuk menanam sejumlah tanaman buah langka. Itu dikerjakan selama kurang lebih dua tahun," kata Teguh, kepada Gatra.com, Jumat (15/11).
Perintis Prawita Garden ini menuturkan, di lahan yang masih berstatus sewa ini, ia menanam jambu, anggur, ceri, durian, delima, dan buah naga. Sedikitnya 60 varietas buah dikembangkan di kebun ini. Ternyata, tanaman itu mengundang kehadiran lebah. Akhirnya, mereka mulai membudidayakan lebah madu.
"Dari situ banyak lebah yang datang, terus mengambil nektar dan polen dari buah. Lalu dibudidayakan sekalian. Semua yang ada di sini otodidak. Namun, akhirnya kita mulai berguru kepada orang yang lebih ahli untuk mengembangkan peternakan lebah," ujarnya.
Melihat perkembangan peternakan yang semakin pesat, Guru di SMP Maarif NU 1 Ajibarang itu mulai berjejaring dengan kelompok petani muda, kelompok tani hutan, dan organisasi pemuda lain sebagai mitra sekaligus pengelola usaha. Saat ini, terdapat 20 orang petani muda yang aktif mengelola kebun tersebut.
Teguh mengatakan, untuk mengajak para pemuda menjadi petani membutuhkan proses panjang. Ia menanamkan kepercayaan diri. Menurutnya, menjadi petani merupakan hal yang sangat keren.
"Saat ini pengelolan Prawita Garden sudah makin berkembang. Ada divisi budidaya lebah, divis pemasaran, divisi wisata edukasi dan pembibitan," kata peraih juara I Nasional Lomba Inovasi Koperasi 2019 ini.
Ketua pengelola Prawita Garden, Dian Antoni (25) menuturkan, sejak tahun 2018, dia dan temannya mulai mengembangkan kawasan tersebut menjadi wisata edukasi. Tidak hanya lebah madu yang bersengat, kebun ini juga membudidayakan lebah tanpa sengat atau yang dikenal dengan nama lebah klanceng atau tetragonula laeviceps.
Salah satu petani muda Poktan Darmajaya memanen madu di Prawita Garden, Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah baru-baru ini. (GATRA/Nugroho Sukmono/ar)
"Sekarang sudah ada 100 kotak untuk lebah klanceng dan beberapa untuk lebah madu. Satu kotak berisi satu koloni atau sekitar 1.000 ekor lebah. Semuanya kita bibit sendiri, mencari lebah sendiri lalu dibudidayakan sendiri," ujarnya.
Ia menjelaskan, setiap 1 koloni lebah klanceng mampu memproduksi sekitar 30 mililiter madu per bulan. Sedangkan lebah sengat, dapat menghasilkan 1 liter per bulan.
Madu yang dipanen itu kemudian dikemas dalam botol berukuran 250 mililiter dan 500 mililiter. Madu lebah sengat dihargai Rp 75 ribu dan Rp 150 ribu perbotol. Sedangkan madu lebah klanceng lebih mahal, yakni Rp150 ribu dan Rp 300 ribu.
"Untuk pemasaran secara offline masih di daerah sekitar desa dan tetangga kecamatan, tetapi kalau yang online melalui media sosial. Yang beli ada dari luar kota seperti Jakarta. Satu bulannya bisa 30 botol [terjual]," tuturnya.
Menurut Dian, peternakan lebah yang dikelola bersama petani muda Darmakradenan telah memproduksi madu kemasan berupa madu tawon atau raw honey, madu lebah hutan atau tawon gung, bee pollen, propolis, dan royal jelly. Madu lebah klanceng dan teh madu klanceng menjadi primadona utama. Bahkan, mereka kesulitan untuk memenuhi permintaan pasar karena kurangnya tenaga untuk memanen madu dan membudidayakan lebah.
Setiap libur maupun akhir pekan, Prawita Garden yang berlokasi di RT 6 RW 2 Desa Darmakradenan, Kecamatan Ajibarang, ini kerap mendapat kunjungan dari pelajar yang ingin belajar tentang produksi madu.
