Home Kesehatan KPRA Ingatkan Jangan Gunakan Antibiotik Secara Berlebihan

KPRA Ingatkan Jangan Gunakan Antibiotik Secara Berlebihan

Jakarta, Gatra.com - Ketua Komite Pencegahan Resistensi Antimikroba (KPRA), Hari Paraton menyampaikan pentingnya bagi pihak rumah sakit, dokter, ataupun masyarakat untuk melakukan upaya pengendalian penggunaan antibiotik agar tidak berlebihan dan salah dalam pemakaiannya. 

Hal ini untuk mencegah terjadinya kondisi ketika antibiotik tidak mempan lagi untuk menghancurkan bakteri sebab bakteri itu sudah kebal terhadap antibiotik atau mengalami resistensi antibiotik.  

"Di tubuh kita itu ada 90 triliun bakteri. Mayoritas ada di usus dan itu akan membantu kita, terpenting lagi bakteri itu untuk menjaga bakteri jahat agar tidak tumbuh. Cuman bakteri baik ini kalau kena antibiotik akan mati. Jadi kalau minum antibiotiknya salah, bakteri baiknya mati sementara bakteri jahatnya hidup, malah tambah tumbuh karena tidak dihambat bakteri baik tadi," katanya dalam konferensi pers "Pentingnya Kolaborasi Multisektoral, Peran Akademisi dan Kesadaran Masyarakat atasi Resistensi Antibiotik," di Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), Depok, Kamis (21/11). 

Dikatakan, penggunaan antibiotik seringkali salah kaprah baik yang dilakukan oleh pihak dokter maupun masyarakat awam. Antibiotik kerap digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti batuk, pilek, dan radang tenggorokan padahal antibiotik sebenarnya digunakan untuk penyakit yang disebabkan bakteri. 

"Banyak dokter yang mencoba mengobati penyakit, bukan membunuh bakteri misalnya, penyakit radang paru-paru, namun bakteri bisa macam-macam, itu harus diperiksa dulu antibiotiknya yang cocok apa. Kemudian 
masyarakat juga sering beli sendiri, nyimpan antibiotik sendiri, kasih ke saudaranya, (itu) sebenarnya enggak boleh," ujarnya.

Hari pun mengimbau agar dokter maupun masyarakat bisa menggunakan antibiotik dengan bijak sesuai fungsinya. Penggunaan antibiotik mesti didahulukan adanya diagnosis yang benar serta telah spesifik diketahui jenis bakteri yang menyebabkan si pasien menderita sakit. 

"Jangan memberi antibiotik kalau enggak ada indikasinya, kalau pun ada indikasinya,  jangan salah pilih kasih antibiotiknya. Maka dari itu harus diagnosisnya dengan benar," ucapnya. 

Hari mengingatkan agar tidak menggunakan antibiotik secara berlebihan (overused), karena banyaknya orang yang menggunakan antibiotik tanpa anjuran dokter, menimbulkan resistensi pada suatu antibiotik. 

Menilik data soal resistensi antibiotik, Badan Kesehatan Dunia (WHO) di tahun 2019 mengeluarkan 10 ancaman kesehatan global dan resistensi antibiotik termasuk dalam salah satu ancaman ini. 

Saat ini diperkirakan 700 ribu kematian di seluruh dunia diakibatkan resistensi antibiotik. Jika tidak ada tindakan yang diambil, maka diperkirakan pada tahun 2050, 10 juta orang di dunia akan mati tiap tahunnya yang disebabkan oleh resistensi antibiotik tersebut. 

Reporter: ARH

184

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR