Home Ekonomi Kewajiban ASN Beli Beras Bulog Masih Negosiasi ke Mendagri

Kewajiban ASN Beli Beras Bulog Masih Negosiasi ke Mendagri

Jakarta, Gatra.com - Perum Bulog tengah memperluas pasar untuk menutupi utang yang ditanggung selama ini melakukan pengadaan beras dalam negeri dari para petani. Salah satu upaya penjajakan melalaui para Aparatur Sipil Negara (ASN) untuk dapat membeli beras Bulog.

Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Bulog Tri Wahyudi Saleh mengatakan rencana tersebut merupakan strategi bisnis di sektor komersial Bulog, untuk tahun-tahun mendatang. 

"Dengan pemerintah kami sedang negosiasi. Kalaupun ada tunjangan untuk natura (tunjangan beras), itu disesuaikan supaya kami bisa siapkan beras terbaik," kata Wahyu di Hotel Aston at Kuningan, Jakarta, Jumat, (29/11).

Dikatakan, upaya negosiasi telah diinisiasi sejak dua tahun terakhir, untuk menjaga pasar Bulog yang hilang lantaran penghapusan bantuan sosial beras sejahtera (Rastra). Direktur Utama Bulog Budi Waseso pun saat ini terus berkomunikasi dengan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian. 

"Kami upayakan ke Kementerian Dalam Negeri dan Ketua Korpri, Ditjen Otda (Direktorat Jenderal Otonomi Daerah), responsnya semua positif," ungkapnya. 

Tri mengatakan, realisasi Bulog mengambil tunjangan beras untuk para ASN yang saat ini digantikan oleh uang tunai masih berlangsung alot. Hal ini lantatan nilai tunjangan beras sebesar Rp7 ribu lebih rendah daripada harga beras medium di pasaran. Sementara  Bulog masih di posisi ingin menjaga kualitas beras dengan memasok produk premium. 

"Enggak mungkin kami kasih yang di bawah standar, kerja sama untuk karyawan BRI dan BNI saja kemarin mereka beras premium dan mereka terima. Untuk komersial saya kira kami main di premium," tuturnya.

Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bustanul Arifin berpendapat sah-sah saja Bulog menjalin kerjasama dengan berbagai instansi, namun pembelian beras Bulog jangan dipaksakan.

Bustanul menilai sebaiknya Bulog membangun kepercayaan konsumen untuk mendapatkan pasar. 
"Mulai dari kemasan, nggak perlu dicolok, mungkin arahnya kesana juga. Pelan-pelan mulai menggeser jadi loyalty seorang konsumen. Dulu PT, besar kan dari loyalty," katanya.

178

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR