Home Politik Pesantren Miliki Daya Tangkal Radikalisme

Pesantren Miliki Daya Tangkal Radikalisme

Jakarta, Gatra.com - Pusat Kajian Agama dan Budaya atau Center for the Study of Religion and Culture (CSRC) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta mengumumkan hasil penelitian soal Pesantrean di Era Milenial: Studi Ketahanan dan Kerentanan Terhadap Radikalisme. Penelitian itu dilakukan terhadap 41 pesantren yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Radikalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keinginan untuk mengubah sistem pemerintahan yang sah tanpa kekerasan apalagi dengan kekerasan. Contohnya, ingin mengubah ideologi negara ini dengan ideologi tertentu.

Berdasarkan pada penelitan tersebut, CSRC memaparkan, 41 pesantren yang menjadi objek penelitian tersebut memiliki daya tangkal atau pelindung dari radikalisme. Sebanyak 41 pesantren itu tersebar di delapan provinsi yakni Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Nusa Tenggara Barat.

"Semua pesantren ini memiliki faktor pelindung supaya bisa resilience dari radikalisme, tetapi faktor pelindungnya beda-beda," kata Direktur CSRC UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Idris Hemay di Hotel Akmani, Jakarta, Kamis (19/12).

Idris menambahkan, daya tangkal pada berbagai jenis pesantren memiliki kekhasan masing-masing. Dalam penelitian itu pesantren tersebut terbagi dalam berbagai kategori seperti tradisional, modernis, dan Salafi. Untuk yang Salafi terdapat Salafi Wahabi, Salafi Haraki dan Salafi Jihadi.

Pesantren yang tradisional merupakan pesantren yang memiliki afiliasi dengan Nahdlatul Ulama. Sementara yang modernis Idris mencontohkan pada pesantren yang berafiliasi pada organisasi Muhammadiyah. Ia juga menyebut pesantren seperti Gontor masuk dalam pesantren modernis.

"Kalau di pesantren tradisionalis berdasarkan NU dia faktor pelindungnya adalah kharisma Kyai. Kemudian yang kedua, kitab-kitab kuning itu. Sementara itu, kalau di Gontor dia lebih kepada sistem pendidikan yang berkembang di Gontor," katanya.

Idrus kemudian menyoroti soal penangkal yang ada di pesantren kategori Salafi-Wahabi. Dlaam pesantren kategori itu disebutkan hanya ada satu penangkal yakni doktrin tidak boleh menentang pemerintahan yang sah.

"Itu satu-satunya pelindung, sementara radikalisme itu kan bagaimana upaya untuk menggulingkan pemerintah yang sah diganti dengan sistem yang lain, untung Salafi Wahabi ada itu kalau Salafi Wahabi enggak ada itu maka saya gak kebayang jadi apa," ujarnya.

Lain Salafi Wahabi, lain juga dengan pesantren kategori Salafi Jihadi. Menurut Idris, pesantren kategori ini sudah termasuk dalam pesantren yang radikal. Namun tensi mereka disebutnya bisa diredam karena ada kehadiran negara di sana.

"Faktornya negara hadir disitu, datang kesitu sosialisasi, mangajak mereka diskusi. kemudian segala macam," ujarnya.

Meski begitu, pesantren Salafi Jihadi tetap percaya bahwa suatu saat khilafah islamiyah itu akan terwujud. "Tetapi dia tetap percaya bahwa khilafah islamiyah itu akan terwujud karena itu adalah hadiah dari Tuhan kepada kita tetapi gak tau entah kapan," ujarnya.

501