Home Ekonomi Banyumas Genjot Ekspor Produk Sapu

Banyumas Genjot Ekspor Produk Sapu

Banyumas, Gatra.com - Pemerintah Kabupaten Banyumas mulai menggenjot ekspor kerajinan sapu ke sejumlah negara. Baru-baru ini, perajin mengirim produknya ke negara Pakistan.

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dinpertan KP) Kabupaten Banyumas, Widarso mengatakan, ekspor perdana yang dilaksanakan Rabu (18/12) tersebut merupakan salah satu program pemberdayaan produksi masyarakat daerah rawan pangan. Pihaknya bekerja sama dengan pengusaha asal Purbalingga untuk memenuhi ekspor sapu.

"Untuk rintisan awal ini kita kerja sama dengan Purbalingga untuk ekspor ke Pakistan. Banyumas baru pertama kali [ekspor sapu] satu kontainer," kata dia, Senin (23/12).

Widarso mengatakan, kerja sama ini dilakukan dalam bentuk penyediaan tanaman glagah yang menjadi bahan baku pembuatan sapu. Kabupaten Banyumas tidak memiliki lahan tanaman glagah, sehingga belum mampu memenuhi permintaan pasar.

Menurut dia, hingga saat ini tercatat total produksi sapu mencapai 65.000 batang. Perajin yang terlibat berjumlah 338 orang.

"Perajin yang terlibat pada program ini berasal dari Kecamatan Jatilawang, Ajibarang, Wangon, Cilongok, Sokaraja, Purwokerto Utara, Sumbang, Kedungbanteng, Patikraja, Somagede, Kembaran, dan Baturraden. Mereka merupakan warga dari daerah rawan pangan," katanya.

Widarso mengatakan, Pemkab Banyumas berencana membuat demplot tanaman glagah untuk mengantisipasi kekurangan bahan baku. Selain itu dia berharap ada investor yang berminat untuk menanamkan modal untuk memproduksi sapu. Sebab, pasar ekspornya masih menjanjikan.

"Pasar ekspornya masih terbuka luas. Ke Pakistan, Korea dan beberapa negara Asia. Kalau Purbalingga kan sudah sudah sering mengekspor sapu. Banyumas baru mulai. Mudah-mudahan ada pengusaha yang mau menanam modalnya," ujarnya.

Sementara itu, Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Pembangunan, Santoso Eddy Prabowo mengatakan, potensi ekspor produk sapu ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan pemberdayaan masyarakat di bidang ekonomi. Namun, hal ini membutuhkan konsistensi dan penyediaan bahan baku secara berkelanjutan.

"Siapa tau, nanti berkembang besar bisa ekspor sendiri. Kita punya keunggulan yaitu di alam," katanya.

372