Home Ekonomi Dua Kunci Jika Indonesia Ingin Manfaatkan Perang Dagang

Dua Kunci Jika Indonesia Ingin Manfaatkan Perang Dagang

Jakarta, Gatra.com - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia memaparkan dua kunci jika Indonesia ingin memanfaatkan peluang keuntungan terkait perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Dari sisi perdagangan dan investasi, strateginya yakni inclusiveness dan efisiensi Indonesia dalam global suppy chain.

"Dari sisi inclusiveness dalam global supply chain, kita harus menyadari bahwa Indonesia adalah periphery player dalam global supply chain. Sehingga hanya sedikit industri kita yang masuk ke supply chain global," ujar Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kadin, Shinta Widjaja Kamdani saat dihubungi Gatra.com, Selasa (7/1).  

Baca Juga: Dampak Perang Dagang, Pendapatan Negara Tak Capai Target

Shinta menjelaskan bahwa yang lebih banyak masuk ke rantai pasok global justru adalah komoditas mentah asal Indonesia seperti karet dan barang tambang, bukan produk hasil industri. Penyebabnya adalah efisiensi industri nasional sangat rendah karena cost to productivity yang dikeluarkan terlalu tinggi. Dengan kata lain, peningkatan biaya produksi jauh lebih tinggi daripada peningkatan output produksinya.

"Jadi, dari sisi efisiensi, Indonesia sudah tidak kompetitif dalam global supply chain," tambahnya

Kedua faktor ini menyebabkan Indonesia selama ini tidak bisa mengambil keuntungan dari perang dagang karena hampir semua trade diversion dan investment diversion yang terjadi karena perang dagang adalah pengalihan karena disrupsi pada rantai pasok global yang sudah tercipta antara Cina dengan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: Menperin Targetkan Ekspor Industri Manufaktur US$142,8 M

Shinta juga menerangkan bahwa selama pemerintah Indonesia tidak bisa mengoreksi penyebab lemahnya efisiensi dan produktivitas nasional, Indonesia tidak akan pernah memperoleh keuntungan dari perang dagang. Kesepakatan AS-Cina adalah upaya untuk menormalisasi kegiatan dagang antara AS-Cina itu sendiri. 

"Ini adalah hal positif secara keseluruhan bagi Indonesia karena pertumbuhan ekonomi dunia bisa membaik bila proses normalisasi ini berjalan lancar," jelasnya.  

Indonesia bisa memperoleh keuntungan dari perbaikan iklim dunia secara tidak langsung karena demand ekspor dunia secara agregat bisa meningkat dan tekanan persaingan dagang secara global akan sedikit turun. "Secara agregat kita bisa prediksi akan ada peningkatan ekspor Indonesia ke Cina untuk menyuplai industri Cina, khususnya untuk produk tambang seperti besi, tembaga, nikel, dan lain-lain," tutur Shinta.

126