2_thumb.png "Istri Lettu Agam Disebut Sejak Awal Umbar Masalah Keluarga ke Media Sosial")
1_thumb.png "TNI AU Terjunkan Paket Bantuan BAZNAS untuk Palestina dari Udara")
_thumb.jpg "Ini Cerita Sekjen PDIP, Beberkan Curhatan Mensos Risma soal Bantuan Beras")
Pekanbaru, Gatra.com - Faktor infrastruktur diklaim menjadi penyebab utama persoalan kemiskinan yang terjadi di Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.
Wakil Bupati Kabupaten Kepulauan Meranti, Said Hasyim, mengungkapkan saat ini jalur transportasi antar daerah belum sepenuhnya terhubung antar pulau.
Pelayaran menjadi satu-satunya akses transportasi yang menghubungkan sembilan kecamatan yang ada di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Dia mengaku, infrastruktur jalan raya dan jembatan yang menghubungkan pulau-pulau utama seperti Merbau, Rangsang, dan Tebing Tinggi, belum rampung hingga saat ini. Meski begitu guna membuka akses perhubungan antar pulau, pada Juni 2019 Pelabuhan Roro yang ada di Pulau Tebing Tinggi telah dibuka pemerintah setempat. Nantinya, pelabuhan tersebut menjadi tempat sandaran kapal dari Pulau Rangsang menuju Pulau Tebing Tinggi.
"Hari ini Meranti belum terhubung, kita masih terisolir, hanya dapat (terhubung) melalui laut . Dengan (Pelabuhan) Roro sudah memadai," katanya kepada Gatra.com, Senin (20/1).
Sebagai informasi, Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Kabupaten dengan ibukota Selat Panjang tersebut, kini terus fokus pada program pengentasan kemiskinan. Jika pada awal pemekaran persentase penduduk miskin di Kepulauan Meranti mencapai 43 persen pada tahun 2009. Pada tahun 2019 angka tersebut berkurang menjadi 27 persen. Adapun jumlah penduduk kabupaten ini mencapai angka 200 ribu jiwa.
Said menambahkan, selain persoalan infrastruktur, kemiskinan di wilayahnya juga dipengaruhi oleh belum membaiknya harga sejumlah komoditi perkebunan. Tanaman Sagu yang menjadi andalan masyarakat, pun belum menunjukan lonjakan harga yang menggembirakan.
"Penghasilan utama masyarakat Meranti adalah perkebunan, dan memang harganya anjlok . Harga karet tak sampai setengah kilo beras, harga kelapa sudah sepuluh tahun tak mengalami kenaikan. Sagu harganya tidak terlalu signifikan naiknya," tandasnya.
