Home Milenial Kelas Global Perspectives dan Paradigma Berpikir Siswa

Kelas Global Perspectives dan Paradigma Berpikir Siswa

Jakarta, Gatra.com – Inovasi pendidikan di Indonesia kini menjadi ‘pekerjaan rumah’ Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim. Salah satu yang hal yang harus dilakukan yakni menyelaraskan kurikulum dengan standar internasional. Selain itu mendorong kemunculan inovasi yang berbasis inovasi dan teknologi.

Di dalam ruang kelas di beberapa sekolah, murid mulai meningkatkan metode pembelajaran mereka dengan cara-cara baru salah satunya dengan program khusus yang disarikan dari kurikulum Cambrige International yakni Cambridge Global Perspectives.

Tidak seperti pelajaran ilmu pengetahuan sosial pada umumnya, murid-murid yang mengambil mata pelajaran Global Perspectives didorong untuk berpikir lintas mata pelajaran, serta memahami lebih dalam mengenai topik dan isu-isu global dari berbagai sudut pandang berbeda.

Hagan Hatoto Barus, siswa kelas 12 di Sekolah Mutiara Harapan, Pangkalan Kerinci, Riau, memperlihatkan cara interaksi itu. Ia dalam beberapa kesempatan aktif berdiskusi dan berdebat di kelas dengan memaparkan data seputar isu global.

“Debat itu suatu hal yang penting menurut saya. Kalau debat soal isu sosial, di situlah kesempatan kami untuk berpikir lebih terbuka karena pendapat tentang suatu isu kan berbeda. Makanya di situ, saling pengertian dan memahami itu diajarkan, supaya kita belajar melihat isu lebih luas,” ujarnya tangkas.

Hagan tidak sendirian. Sejak lima tahun silam ia diperkenalkan ke sekolah-sekolah di Indonesia melalui kurikulum Cambridge International. Kelas Global Perspectives telah memberikan siswa-siswi dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas kemampuan berpikir kritis mengenai isu-isu global seperti perubahan iklim, kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan gender.

Lebih jauh, ia mengatakan isu terbesar yang dihadapi Indonesia dan dunia saat ini adalah intoleransi etnis, agama, atau latar belakang yang berbeda. Dengan mempelajari Global Perspectives, Hagan mengatakan ia bisa mengemukakan pemikiran secara luas kepada rekan sejawatnya.

“Kalau masalah beda pendapat harus kita hargai dulu, saya kan enggak bisa maksain juga, ‘kamu yang salah, pendapat kamu salah’, yang namanya isu tidak ada yang benar dan salah tapi tergantung cara kita memandangnya,” ujarnya.

Peter Gospel Ho, siswa dari SMAK 8 Penabur International Tanjung Duren, Jakarta turut serta mengulas isi intoleransi melalui tugas kelompok dalam mata pelajaran Global Perspectives. “Beberapa proyek kami tentang keberagaman budaya, agama, dan suku,” ucap Peter.

Ia mengatakan dengan mempelajari isu tersebut maka dirinya akan tergugah untuk menciptakan persatuan dan keberagaman dalam masyarakat. “Tim kami mengangkat kesadaran terhadap isu tersebut dengan membuat video untuk membantu orang-orang mengerti bagaimana keberagaman dan toleransi terhadap orang lain dapat membantu dan menguntungkan kita dalam kehidupan bermasyarakat.”

Senior Country Manager Indonesia untuk Cambridge International, Dianindah Apriyani, mengatakan pentingnya penerapan Global Perspectives dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. “Mendalami isu-isu ini sangatlah penting. Global Perspectives mampu memberikan kepada murid-murid Indonesia keterampilan kritis dan kolaboratif untuk mengerti dan menemukan cara menghadapi isu-isu besar di dunia saat ini,” ujar Dianindah dalam keterangan tertulis yang diterima Gatra.com, Kamis (12/3).

Ia mengatakan dalam panduan terbaru dari Badan Akreditasi Nasional (BAN), sekolah dengan akreditasi Satuan Pendidikan Kerja Sama (SPK) wajib menyediakan minimal 3 mata pelajaran termasuk ilmu pengetahuan sosial (IPS). “Dalam program Cambridge Lower Secondary (kelas 7-9), ilmu pengetahuan sosial diajarkan melalui mata pelajaran Global Perspectives,” pungkasnya.

2284