Home Teknologi Bulan Kabur Duluan, Tanggal Sepisan Syawal Jatuh pada Ahad

Bulan Kabur Duluan, Tanggal Sepisan Syawal Jatuh pada Ahad

Lembang, Gatra.com – Upaya melihat bulan sabit tanggal 1 Syawal yang digelar Observatorium Bosscha di Lembang, Jawa Barat, gagal, 22/05. Hasil ini sudah diprediksi sebelumnya, karena bulan kabur meninggalkan kaki langit pukul 17.25 WIB. Sedangkan matahari tenggelam pukul 17.46 WIB. Maka tidak terjadi konjungsi atau ijtima’.

Konjungsi geosentrik atau konjungsi atau ijtima’adalah peristiwa ketika bujur ekliptika Bulan sama dengan bujur ekliptika Matahari dengan pengamat diandaikan berada di pusat Bumi. Maka perburuan akan dilanjutkan hari ini Sabtu, 23/05, yang disiarkan secara langsung via canel YouTube.

Perburuan hari ini diperkirakan akan berhasil, jika mendung tidak menghalangi. Menurut perhitungan Bidang Geofisika Potensial dan Tanda Waktu BMKG hilal akan cukup neteh (jelas) untuk disaksikan Sabtu petang yang merupakan tanda diawalinya Hari Suci 1 Syawal 1441 H.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai institusi pemerintah salah satu tupoksinya adalah memberikan pelayanan data tanda waktu dalam penentuan awal bulan Hijriah. Untuk itu, BMKG menyampaikan informasi hilal saat Matahari terbenam, pada Sabtu, 23 Mei 2020. Demikian BMKG memulai penjelasan panjang lebarnya setebal 43 halaman.

Matahari yang mengejar Bulan akan 'menangkapnya' dini hari ini. Waktu konjungsi (Ijtima’) terjadi pada hari Jumat, 22 Mei 2020, pukul 17.39 UT (Universal Time) berbarengan dengan Sabtu, 23 Mei 2020, pukul 00.39 WIB atau pukul 01.39 WITA atau pukul 02.39 WIT. Yaitu saat nilai bujur ekliptika Matahari dan Bulan tepat sama 62,077o. Periode sinodis bulan terhitung sejak konjungsi sebelumnya hingga konjungsi yang akan datang ini adalah 29 hari 15 jam 13 menit.

Waktu terbenam Matahari dinyatakan ketika bagian atas piringan Matahari tepat di kaki langit. Di wilayah Indonesia pada 23 Mei 2020, Matahari terbenam paling awal 17.26 WIT di Merauke, Papua dan paling akhir pukul 18.48 WIB di Sabang, Aceh. Dengan memerhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam 23 Mei 2020 di wilayah Indonesia.

Berdasarkan hal-hal di atas, secara astronomis pelaksanaan rukyat hilal penentu awal bulan Syawal 1441 H setelah Matahari terbenam 23 Mei 2020. Sementara bagi yang menerapkan hisab dalam penentuan awal Syawal 1441 H, perlu diperhitungkan kriteria-kriteria hisab saat Matahari terbenam 23 Mei 2020 tersebut.

Setelah Matahari terbenam bulan akan menyusulnya. Di sinilah kesabitannya nampak sebagi pita lengkung yang tipis. Matahari menyusup ke kaki langit Jakarta pada 17.44 WIB. Bulan menyusul menuju peraduan pukul 18.16 WIB. Nah, sebelum terbenam inilah hilal teramati meskipun sabitnya sangat tipis, karena penampakan bulan hanya 0,42%.

Untuk wilayah Indonesia penampakan bulan bervariasi di Jayapura 0,31% dan di Banda Aceh 0,47%. Ketinggian Hilal di Indonesia saat Matahari terbenam pada 23 Mei 2020 berkisar antara 5,60o di Merauke, Papua sampai dengan 7,12o di Banda Aceh, Aceh. Jadi tanggal sepisan (tanggal satu) jatuh Sabtu sore, sehingga merayakan lebaran mulai Ahad pagi.

579