Home Ekonomi Indonesia Diingatkan Ancaman Krisis Pangan Akibat Covid-19

Indonesia Diingatkan Ancaman Krisis Pangan Akibat Covid-19

Jakarta, Gatra.com - Sandiaga Salahudin Uno mengatakan bahwa pandemi covid-19 yang mewabah di seluruh dunia saat ini telah mengakibatkan terjadinya krisis. Tidak hanya krisis ekonomi dan krisis kesehatan, melainkan juga krisis pangan.

“Sekira 500 juta orang di dunia beresiko jatuh miskin, karena sepertiga pangan dunia ternyata diproduksi petani kecil dan menengah yang rentan terhadap gejolak ekonomi yang ditimbulkan oleh covid-19,”kata Sandi di Jakarta, Jumat (31/7).

Selain itu, akibat wabah covid-19, ini lanjut Sandi, terjadi ancaman gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) secara besar-besaran di seluruh dunia. Untuk Indonesia sudah ada sekitar 5 sampai 15 juta para pekerja sektor formal dan informal, yang terancam kehilangan mata pencaharian dan kehilangan penghasilan.

“Meningkatnya angka pengangguran akan mempengaruhi daya beli pangan. Negara dengan persentase populasi yang tinggi berpotensi mengalami penurunan pendapatan dibawah US$3,2 per hari. Indonesia termasuk negara yang cukup rentan karena kita memiliki persentase tenaga kerja yang bersiko turun mata pencahariannya di atas angka 37 persen,” kata Sandi.

Adapun negara-negara dengan impor pangan yang tinggi juga rentan terhadap perubahan harga pangan. Salah satunya Indonesia yang persentase impor dari total konsumsinya cukup rentan antara 25-50 persen.

Kondisi ini, menurut Sandi, ada narasi baru yang muncul yaitu makanan atau pangan adalah internet baru.

“Ini karena dipicu covid-19 bukan hanya krisis kesehatan tapi krisis yang multidimensional akan menghantam ekonomi kita dan mengancam stabilitas pangan dunia. Sekira 50 persen lebih produksi beras dunia dari Asia. Terutama didominasi Cina dan India, 500.000 ton beras sempat tertahan di pelabuhan-pelabuhan di India. Negara eksportir pangan Vietnam, Thailand, India, China akan mengurangi kuota mengamankan stok pangannya,” jelas Sandi.

Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta ini menawarkan 5 gagasan aman pangan. Diantaranya pertama, negara-negara, khususnya Indonesia berpeluang mengejar defisit dan mencegah krisis pangan yang kuncinya adalah fokus pada kemampuan berproduksi.

“Kedua tumbuhkan ketahanan pangan. Ketahanan pangan ditumbuhkan mulai dari lingkungan terkecil yaitu lingkup keluarga, dimana rumah-rumah kita di belakang lahan yang masih kosong kita masih bisa tanam apapun itu yang bisa menjadi sumber pangan,” katanya.

Ketiga, melipatgandakan kapasitas produksi pangan lokal dengan mengadopsi pupuk terbaik yang organik. 

“Kita juga bisa mendapatkan bibit-bibit yang sangat potensial dan memiliki kekuatan terhadap ancaman hama,” tuturnya.

Keempat, memperkaya foodmix dengan bahan baku asli Indonesia, terutama memproduksi kemampuan dari segi umbi-umbian.

“Kita bisa perkaya dan lakukan diversifikasi makanan kita dengan asupan umbi-umbian, maupun juga ikan yang tersedia sangat luas terutama ikan hasil budidaya,” jelasnya.

Kelima, menerapkan teknologi, dengan mencetak teknoagripreneur atau agriteknopreneur yang dapat meciptakan green jobs untuk generasi muda. Dengan teknoagripreneur maka akan tercipta lapangan kerja baru dan berkualitas degan teknologi pertanian. Selain itu, akan muncul presisi teknologi bibit berkearifan lokal dan produksi pangan halal.

“Sampai sekarang belum dapat kita temukan satu rantai distribusi yang terbuka. Kita masih banyak mengimpor rantai ekspor pangan. Selanjutnya, digitalisasi pasar pangan, kita harus punya data yang sangat akurat, terhadap permintaan dan juga ini yang akan kita masukan ke dalam pengelolaan big data pangan nasional,” sarannya.

8849