Home Gaya Hidup Corona di DIY Meledak, Aliansi Warga Siap Perangi Hoaks

Corona di DIY Meledak, Aliansi Warga Siap Perangi Hoaks

Yogyakarta, Gatra.com - Ledakan kasus Covid-19 di Daerah Istimewa Yogyakarta turut disumbang turunnya kedisiplinan warga. Sejumlah komunitas pun turun tangan mengencangkan lagi kampanye protokol kesehatan hingga memerangi hoaks soal pandemi.

Kasus positif Covid-19 di DIY bertambah 64 kasus kemarin hingga totalnya mencapai 674 kasus. Merespons kondisi itu, sebanyak 23 lembaga berkomitmen untuk menjaga kewaspadaan warga DIY atas bahasaya Covid-19.

Aliansi bernama “Jaga Jogja, Aja Lena, Aja Sembrana” ini menyatakan siap bergotong-royong menjaga Yogyakarta dari pandemi secara berkelanjutan.

“Sebelum pandemi ini nyata-nyata punah, maka masyarakat Jogja akan terus mempertahankan kewaspadaan dengan menjaga sikap aja lena, aja sembrana (jangan terlena, jangan sembrono),” ujar juru bicara aliansi, Nurholis Majid, lewat pernyataan tertulis, Sabtu (1/8).

Menurutnya, aliansi akan menggerakkan semangat gotong-royong antara elemen masyarakat, instansi pemerintah, tokoh masyarakat, tetua agama, media massa, dan organisasi masyarakat sipil.

“Kami akan terus melakukan gethok-tular mengajak masyarakat Jogja saling menjaga, patuh pada protokol kesehatan. Intinya, PHBS (pola hidup bersih dan sehat) plus,” kata Koordinator Wilayah Masyarakat Anti-fitnah Indonesia (Mafindo) Yogyakarta ini.

Ketua Presidium Mafindo, Septiaji Eko Nugroho, menjelaskan aliansi juga akan memerangi infodemi, yaitu kabar bohong seputar Covid-19. Infodemi dinilai tidak kalah berbahaya dibanding Covid-19 sendiri.

Hoaks ini ditengarai menjadi salah satu penyebab kedisiplinan masyarakat menurun. Di beberapa tempat, hoaks Covid-19 memicu ketidakpercayaan dan intimidasi kepada tenaga kesehatan dan rumah sakit.

“Infodemi ini menimbulkan problem besar tidak hanya di Indonesia. Gelombang penolakan masker di Amerika hingga pembakaran tower 5G di Inggris diperparah dengan maraknya hoaks dan teori konspirasi,” kata Septiaji.

Ia menjelaskan, Indonesia pun kebanjiran hoaks dan teori konspirasi, yakni hampir 100 topik setiap bulan. “Kita patut berjuang untuk memerdekakan masyarakat dari penyakit informasi ini supaya mereka bisa mengambil keputusan atas informasi yang benar,” ujar.

Sebagai upaya simbolis gerakan ini, aliansi memasang spanduk “Jaga Jogja, Aja Lena, Aja Sembrana” di Tugu Yogyakarta, 1-2 Agustus 2020. Aksi ini tanpa pengerahan massa demi menghindari kerumunan.

Sebanyak 23 lembaga bergabung di aliansi ini, yakni Mafindo Yogyakarta, AJI Yogyakarta, LKK PWNU DIY, Sentra Advokasi Perempuan Difabel dan Anak (SAPDA), GP Ansor DIY, Gerkatin DIY, Gerkatin Kabupaten Sleman, Rumah Perubahan LPP, PR2Media, Perkumpulan Sinergi Sehat Indonesia (PSSI), dan Rifka Annisa.

Selain itu, bergabung pula MIK UAJY, Yayasan Dinamika Edukasi Dasar, Sekretariat Anak Merdeka Indonesia (Samin), Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB), Himmikom Atmajaya, Jogja Sehat Tanpa Tembakau (JSTT), Ikatan Sarjana Katholik Indonesia (ISKA) DIY, Dema Fishum UIN Sunan Kalijaga, Pusbisindo, Gemayomi, dan KKPKC KAS.

2661