Home Gaya Hidup Tanpa Kendala Mengamalkan Pancasila

Tanpa Kendala Mengamalkan Pancasila

Membumikan nilai-nilai Pancasila bisa dilakukan dimana saja. Tak terkecuali di masa pandemi Covid-19. Justru keberadan keluarga yang banyak di rumah, membuka kesempatan orang tua membangun karakternya. Pengaplikasian nilai moral pancasila perlu ditekankan.

Meski tidak mengajarkan secara teoritis, namun peran orangtua sangat penting di masa pandemi. Tersedia waktu lebih bagi keluarga untuk bersama. Di sini lah, seluruh nilai-nilai luhur pancasila bisa diterapkan.

Dengan membiasakan berdoa dan beribadah bersama, sama halnya mengamalkan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Kemudian membangun rasa sosialnya dengan membantu sesama memaknai nilai kemanusiaan di sila kedua.

Ketua Ketua Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Karanganyar Disa Ageng Aliven berharap, para orangtua memperhatikan pembangunan karakter si buah hati, terutama dalam memaknai arti penting Pancasila sebagai dasar negara. “Pengetahuan mengenai hal itu sangat mungkin terpangkas akibat jauh dari pembelajarannya di sekolah,” ujarnya.

Sedangkan model pembelajaran saat pandemi melalui daring, kurang berhasil mentransfer ilmu tersebut. Sebagian besar pembelajaran daring sekadar membuat peserta didik sibuk mengerjakannya tanpa memahami esensinya. Parahnya lagi, orangtua atau guru les yang mengerjakan tugas sekolah.

Disa mengatakan, Pemuda Pancasila sebisa mungkin tidak meninggalkan misinya meski dihadang pandemi. PP mengajak kaum muda membangkitkan rasa sosialnya dengan peduli terhadap sesama. Di masa pemulihan pasca pandemi, mereka memilih berkegiatan olahraga maupun penyaluran bantuan. “Pekan lalu, kita ajak masyarakat senam. Lalu, ajak kaum milenial bakti sosial,” jelasnya.

MPC PP di Karanganyar memiliki satuan pelajar siswa dan mahasiswa (Sapma) yang bersekretariat di sekolah-sekolah. Melalui Sapma, PP mengajak kaum milenial bersinergi dengan pancasila secara gembira. Tujuannya menumbuhkan sikap kritis dan idealisnya.

“Walaupun aktivitas Sapma sekarang berkurang, bukan berarti vakum. Kami terus berkomunikasi melalui telepon maupun grup WA. Jangan sampai putus generasi mengamalkan pancasila di berbagai sendi kehidupan,” katanya.

Sementara itu, Pemkab Cilacap menyatakan terkendala program belajar dari rumah untuk melakukan program pencegahan dan penanganan stunting di kalangan remaja putri. Pasalnya, sebagian besar adalah pelajar SMA atau sederajat.

Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinas Kesehatan Cilacap Agus Wantoso mengatakan secara normal program pencegahan ini dilakukan di sekolah-sekolah berupa sosialisasi pencegahan stunting dan pembagian kapsul penambah darah. Akan tetapi, lantaran para pelajar belajar di rumah program ini urung terlaksana. “Memang kendalanya karena sekolah libur,” kata Agus.

Namun begitu, dia memastikan program pencegahan dan penanganan stunting akan tetap dijalankan, meski hasilnya tak seoptimal kondisi normal. Dinas kesehatan tengah menjajaki kemungkinan menggunakan mekanisme sosialisasi stunting daring. Sedangkan kapsul penambah darah bisa diambil di sekolah dengan protokol khusus.

Agus mengemukakan, stunting atau balita kerdil dipengaruhi sejak prahamil dan bahkan usia remaja. Problem terbanyak adalah anemia. Karenanya, remaja putri perlu diasup dengan makanan bergizi dan dipastikan kesehatannya. “Programnya sudah berjalan pada 2019. Tapi kerena pandemi Covid-19 jadi terkendala,” ujarnya.

Dia pun mengklaim, berdasar penimbangan massal pada September 2020, stunting di Cilacap jauh di bawah prevelensi stunting nasional dan provinsi Jawa Tengah yang masih di atas 25 %. Stunting di Cilacap hanya 4,86 %.

Menurut dia, itu tak lepas dari keseriusan seluruh pihak terkait dalam penanganan stunting. Beberapa di antaranya yakni dengan penambahan gizi ibu hamil, bayi dan balita, serta program gerakan kesehatan masyarakat lainnya. “Stunting juga terkait dengan pola hidup masyarakat,” tandasnya. Muh Slamet

 

29