Home Ekonomi Unilever Komitmen Tinggalkan BBM dalam Produk Pembersih

Unilever Komitmen Tinggalkan BBM dalam Produk Pembersih

Jakarta, Gatra.com- Unilever berkomitmen tinggalkan bahan bakar fosil dalam produk pembersih pada Tahun 2030. Hal ini sebagai bagian dari investasi ‘Clean Future’ senilai €1 miliar

“Upaya Clean Future adalah visi kami untuk merombak bisnis secara drastis. Sebagai industri, kita harus memutuskan ketergantungan pada bahan bakar fosil, termasuk sebagai bahan baku produk," tutur President of Home Care Unilever, Peter ter Kulve dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/9).

Langkah ini dilakukan untuk mentransformasi brand-brand di kategori pembersih dan detergen, termasuk Molto, Rinso, Sahaja, serta Sunlight, Wipol, juga Superpell dan Vixal secara berkesinambungan.

Unilever akan mulai melakukan transisi untuk menggantikan 100% karbon dari bahan bakar fosil dalam formulasi produk-produk pembersih dan detergennya dengan karbon terbarukan atau karbon daur ulang.

"Kita harus berhenti mengeksploitasi karbon dari bawah tanah ketika tersedia cukup banyak karbon di dalam dan di atas tanah yang dapat kita teliti, untuk kemudian dimanfaatkan dalam skala besar,” ungkap Peter.

Upaya Clean Future yang dirancang oleh divisi Home Care Perusahaan ini secara fundamental mengubah cara pembuatan, produksi, serta pengemasan produk pembersih dan detergen paling ternama di dunia.

Saat ini, bahan kimia yang digunakan di sebagian besar produk pembersih yang beredar di pasaran memiliki proporsi jejak karbon yang besar, yaitu sekitar 46% di sepanjang siklus hidup produk-produk tersebut.

Unilever menargetkan inisiatif ini akan dapat mengurangi jejak karbon dari formulasi produknya hingga 20%. Hal tersebut merupakan langkah penting menuju komitmen Unilever dalam menghasilkan net zero emissions atau emisi nol dari produk-produknya pada tahun 2039.

Direktur Home Care PT Unilever Indonesia, Tbk, Veronika Utami menjelaskan, pada tahun 2019, pabrik Powder Non-Soap Detergent (NSD) yang memproduksi Rinso dan Molto mulai menggunakan energi terbarukan. Yaitu energi biomassa yang berasal dari cangkang sawit yang bisa diperbarui.

"Biomassa ini menggantikan penggunaan gas alam sebagai bahan bakar pada proses pengeringan detergen bubuk. Cangkang inti sawit menjadi pilihan karena ketersediaannya melimpah dari Sumatra dan Kalimantan, relatif tahan cuaca saat penyimpanan, dan memiliki kadar abu rendah,” pungkasnya.

120