Home Gaya Hidup Berwisata Meski tak Kemana-mana

Berwisata Meski tak Kemana-mana

Tak perlu kelana ke tempat-tempat jauh dari rumah untuk bisa merasakan momen berlibur. Sejumlah tempat di dekat rumah bisa dikunjungi atau mendekam nyaman di hotel-hotel yang menawarkan berbagai paket tak ke mana-mana, di kamar saja. Semua bisa dilakoni dengan sebutan staycation.


Setelah lima bulan hanya di rumah gara-gara pandemi, Bintang Wibowo, 35 tahun, memboyong istri dan dua putranya berwisata. Dengan mobil pribadi, warga Semarang ini memilih ke Yogyakarta. Selama dua hari satu malam di Yogyakarta, ia memilih mendekam di salah satu hotel bintang lima yang menawarkan layanan dan paket menginap untuk keluarga dan anak-anak.

Padahal, tempat wisata lain di Yogyakarta, seperti di pantai, Malioboro, dan wisata glamping, sudah buka dan ramai. Bintang mengaku masih takut akan jumlah penderita Covid-19 yang terus bertambah, terlebih ia mengajak anak-anak. Toh, hanya berlibur di hotel dirasa cukup olehnya. "Enggak ke mana-mana, tapi berasa liburan. Kamar jembar dan pool-nya asyik. Ada paket liburan, naik kuda, ATV, dan mini zoo. Staycation dapat semua. Fasilitasnya oke, meski ada yang masih ditutup karena pandemi, seperti mini cinema dan indoor playground," ujarnya kepada GATRA.

Kenyamanan bertambah, karena hotel bintang lima itu menurunkan tarif dari yang biasanya di atas Rp1 juta, menjadi Rp500.000. "Bejo (beruntung)!" ucap pelaku usaha properti itu. 

Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Deddy Pranowo, menjelaskan bahwa geliat pariwisata DIY sudah kelihatan dari ramainya hotel. "Tingkat hunian di dua long weekend meningkat signifikan," ujarnya kepada GATRA pada Jumat, 4 September lalu.

Hotel berbintang yang rata-rata okupansinya 30-40%, menjadi 70%. Adapun hotel non-bintang dari 5-10% naik jadi 30-40% saat libur panjang 17 Agustus dan 1 Muharam lalu. Pada hari biasa, hunian hotel stabil, yakni 40%-50% untuk hotel bintang dan non-bintang 10%-20%.

Kondisi ini membaik dibandingkan pada Maret-Juni lalu yang ada di titik nadir. "Juli mulai bergerak, tapi belum signifikan. Agustus baru signifikan dan September masih kami harapkan," ucap Deddy.

Dari sekitar 400 hotel dan restoran PHRI DIY, sekitar 168 hotel dan restoran sudah buka. Pembukaan ini melalui verifikasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pariwisata, dan tim Gugus Tugas Covid-19, untuk mengantongi surat keterangan.

Meski tingkat hunian naik, tingkat pemasukan hotel belum aman, karena kamar ditawarkan dengan tarif rendah. Apalagi tingkat okupansi hotel pada masa pandemi dibatasi maksimal 70%. "Kami ingin beri trust dahulu bahwa hotel Yogya aman, nyaman, bersih, dan sehat. Ini program saat ini, belum revenue," ujar Deddy.

Hotel-hotel bersepakat memberi tarif lebih rendah kepada para turis, meski tak diatur oleh PHRI. Selain itu, sejumlah hotel juga berinisiatif membuat paket bersepeda. Mereka menyediakan sepeda atau pemandu acara bersepeda.

PHRI mengemas promo wisata ke Yogyakarta dengan tajuk "Pranatan Anyar Plesiran Yogya" yang bisa diartikan sebagai tatanan baru wisata Yogyakarta. Selain tetap patuh protokol kesehatan, lokalitas Yogyakarta beserta budayanya ditonjolkan agar turis merasa di Yogyakarta. "Ini jadi terobosan untuk mengembalikan posisi kita yang terengah-engah, tapi sudah ada geliatnya daripada daerah lain," kata Deddy. 

Pada September mendatang, PHRI mencatat sejumlah acara digelar oleh pemerintah pusat, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Sumatra Selatan dengan kedatangan 580 orang. Sebanyak 180 orang di antaranya dari DKI Jakarta. Kedatangan 180 orang itu akan dibagi tiga gelombang per hari.

Deddy berkata, belajar dari kejadian di Solo, saat seorang tamu dari acara pemerintah ternyata positif Covid-19, pihaknya mengaku waspada. Protokol kesehatan jadi perhatian ketat agar hotel tak lagi jadi kambing hitam. Menurutnya, penegakan protokol tak harus menyulitkan tamu. "Kami tidak kaku, hanya minta jaminan betul-betul sehat dari surat keterangan dokter. Tak mutlak harus swab, itu membebani wisatawan. Yang penting tiga rukun: jaga jarak, pakai masker, dan cuci tangan," tuturnya.

***

Tak hanya mendekam di hotel untuk bisa merasakan staycation. Berkelana ke daerah sekitar rumah, seperti taman atau tempat wisata di dalam kota, juga termasuk yang dinamakan staycationStaycation di masa pandemi Covid-19 bahkan disebut Vice President of Marketing Traveloka Accomodation, Shirley Lesmana, sudah menjadi tren baru di masyarakat.

Hal itu terlihat dari meningkatnya pemesanan produk akomodasi Traveloka pada Juni, baik itu pemesanan hotel, apartemen, vila, rental mobil, maupun produk Xperience. Peningkatan tersebut, utamannya terjadi di kota-kota besar di seluruh Indonesia.

Meningkatnya animo masyarakat dalam berwisata staycation, terjadi karena adanya beberapa libur panjang pada Agustus. Selain itu, infrastruktur yang memadai menjadi faktor lain meningkatnya minat masyarakat untuk berwisata di dalam kota.

"Sementara itu, peningkatan permintaan pengguna untuk produk Traveloka Xperience juga mengalami peningkatan hingga delapan kali lebih tinggi pada Juli lalu. Ini terjadi sejak mulai dibukanya sejumlah lokasi wisata pada akhir Juni 2020," tutur Shirley kepada Qonita Azzahra dari GATRA.

Untuk produk gaya hidup, seperti spa dan kecantikan, salon, serta perawatan tubuh, mulai menunjukkan peningkatan minat dari para pengguna. Ini dibuktikan dengan peningkatan transaksi yang dialami oleh para mitra Clean Xperience yang sudah mulai kembali pulih.

Semenjak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dilonggarkan, pada periode Juni, data internal Traveloka menunjukkan bahwa kepercayaan diri masyarakat melakukan perjalanan dan aktivitas di luar rumah meningkat 45%, dari yang sebelumnya hanya 29%. Hal ini diikuti dengan peningkatan pencarian dan transaksi untuk produk layanan yang sudah menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan.

"Secara keseluruhan, Traveloka juga mencatat peningkatan pemesanan hingga lebih dari dua kali lipat dibandingkan dengan periode sebelum inisiatif ini berlangsung untuk produk-produk yang telah lebih dulu disematkan label Traveloka Clean, yaitu hotel, transportasi, dan Xperience," ujar Shirley.

Perubahan perilaku pengguna juga terlihat dari segi perencanaan perjalanan. Masih menurut data internal Traveloka, para pengguna cenderung melakukan perencanaan perjalanan 7-14 hari sebelum keberangkatan. "Kami juga melihat adanya perubahan tren wisata dalam grup yang lebih kecil, yaitu beranggotakan 2-4 wisatawan dalam satu perjalanan," Shirley menambahkan.

Meski telah mengalami peningkatan pengguna, Traveloka masih akan terus berupaya berinovasi dan menghadirkan layanan yang mampu mengakomodasi kebutuhan pengguna di masa PSBB. Tujuannya, mendorong pemulihan sektor pariwisata dan roda bisnis para mitra Traveloka.

Beberapa inovasi yang telah dijalankan, antara lain dengan mengedepankan fleksibilitas penggunaan produk, seperti fitur Easy Reschedule dan Pay Upon Check-In (PUCI) untuk bayar langsung saat check-in di hotel, Fly Worry-Free untuk mengubah jadwal penerbangan tanpa biaya tambahan, layanan Buy Now Stay Later untuk voucer hotel, serta Mesin Waktu untuk produk hiburan dan pengalaman seru.

"Selain itu, kami juga menyajikan program yang dapat membantu percepatan pemulihan industri perjalanan dan pariwisata. Kami juga terus berkolaborasi dan mendorong para mitra untuk menerapkan standar protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan sesuai ketetapan pemerintah dan lembaga terkait," tutur Shirley.

Traveloka meluncurkan Kampanye Traveloka Clean Partners yang memudahkan pengguna untuk mengidentifikasi mitra-mitra Traveloka yang telah berkomitmen menerapkan protokol kebersihan, kesehatan, dan keamanan, sesuai ketetapan pemerintah dan lembaga terkait. "Hal ini merupakan bentuk manifestasi kami untuk terus mengimbau para mitra dalam menerapkan protokol CHSE (cleanliness, health, safety, environment) yang telah ditetapkan oleh pemerintah," kata Shirley.

Bahkan, seluruh mitra akomodasi yang tergabung dalam Traveloka CleanStay telah menerapkan 28 poin pemenuhan standar kebersihan dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Kementerian Kesehatan, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), serta PHRI.

Selain itu, lebih dari 900 mitra hotel di 90 kota di seluruh Indonesia yang berpartisipasi dalam Traveloka CleanStay, telah menjalani proses kurasi. Para mitra berkomitmen tinggi menerapkan standardisasi protokol CHSE sesuai dengan kebijakan pemerintah, guna memastikan pengguna dapat menikmati pengalaman menginap yang tidak hanya menyenangkan, tetapi tenang dan nyaman.

Tak hanya staycation yang makin jadi tren. Berdasarkan hasil data internal Traveloka, peningkatan juga terjadi untuk program road trip. "Pada bulan Agustus 2020, pola peningkatan pemesanan sejalan dengan tren staycation dan road trip, di mana kota tujuan sepanjang jalur Trans-Jawa, antara lain Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang, hingga Bali," tutur Shirley.

Fitri Kumalasari dan Arief Koes Hernawan (Yogyakarta)


Tujuan Wisata Paling Digemari

1.  Wisata alam terbuka.

2.  Private tour trekking alam.

3.  Taman bermain terbuka.

4.  Kebun binatang/konservasi satwa.

Sumber: Traveloka, 2020