Home Gaya Hidup Iming-iming Wisata Para Operator

Iming-iming Wisata Para Operator

Demi menggenjot industri wisata, beberapa negara memberikan voucher potongan harga bagi warganya untuk berwisata. Sejumlah maskapai asing tawarkan asuransi Covid-19 hingga tiket "penerbangan tanpa tujuan" bagi penumpang. Indonesia?


Gara-gara pandemi, usaha travel yang sudah puluhan tahun digarap pengusaha Anton Thedy pun ikut carut-marut. Perusahaan perjalanan yang ia kelola, TX Travel itu harus berhenti beroperasi.  

“Saya punya 11 pesawat yang digunakan untuk group tour sejak 2004. Pesawat saya banyak terbang ke Cina, tapi sejak 25 Januari 2020, saya sudah stop terbang,” ujar Anton dalam webinar "Tourism Industry Outlook 2021" yang diadakan Inventure Knowledge, 25 September lalu.

Kendati sudah ambil ancang-ancang menyelamatkan bisnisnya, toh pariwisata seluruh dunia termasuk Indonesia keok juga. Banyak diskusi dengan orang-orang yang berkecimpung di dunia usaha hingga melakukan riset kecil-kecilan dilakoni Anton. 

Selama tiga bulan mengamati, Anton jadi tahu soal kebiasaan baru orang melancong meski harus berhati-hati menghadapi pandemi. Salah satunya, ternyata banyak orang yang bepergian saat akhir pekan, namun belum tentu menginap.

Ia memetakan lagi, hanya 30% masyarakat yang berwisata dan menginap. "Karena kebanyakan masyarakat yang berani keluar untuk traveling itu menggunakan bis. Dan kebanyakan diisi oleh masyarakat kelas menengah ke bawah. Mereka enggak takut mati. Mereka pakai ilmu kucing yang punya sembilan nyawa,” tuturnya sembari berkelakar.

Selain itu, Anton menyimpulkan, orang yang masih takut keluar rumah dan berwisata di tengah pandemi adalah kelas menengah atas. Ia pun mulai mencoba menggarap ceruk pasar pariwsata di situ. "Ternyata kelas menengah atas ini banyak yang orang tua, yang punya waktu dan punya uang. Mereka ingin wisata tapi terjamin keamanannya."

Ia pun mulai menawarkan paket tur privat ke Tanjung Lesung, Banten, pada hari biasa, alih-alih akhir pekan. Sebelum membuka tur, Anton bahkan sudah enam kali bolak-balik ke sana untuk memastikan lokasi, kesiapan resor yang luasnya 1.500 hektare, makanan, dan lainnya.

Semua dilakukan agar wisatawan yang dibawanya merasa aman dan nyaman. "Tur wisata langsung ketemu di resor. Sasarannya orang tua yang punya uang, mau pergi dan punya concern pada kesehatan dan keamanan,” ia menambahkan.

Menjalankan konsep wisata demikian, Anton sudah tiga kali membawa rombongan kelompok privat berwisata di Tanjung Lesung. Pada tur perdananya, ia berhasil menggaet dua orang kelompok senior kaya asal Tegal, Jawa Tengah.

Awalnya ia diberondong banyak pertanyaan macam-macam terkait jaminan kesehatan dan keamanan. “Mereka maunya hotel privat untuk mereka sendiri. Saya sanggupi.”

Pada tur privat kedua, Anton membawa enam tamu asal Surabaya. Semuanya berani terbang sendiri dan bertemu di resor. Sedangkan, pada tur privat ketiganya, Anton menerima 40 tamu yang semuanya datang masing-masing ke lokasi. "Saya jadi berpikir ini yang gila saya atau mereka? Pihak resor sih tentu senang. Tapi tamu-tamu ini tidak takut dan senang juga," ia menambahkan.

Kisah Anton hanya satu cerita dari banyak kisah para operator usaha sektor wisata yang bergulat sendirian mempertahankan bisnisnya. Kini, di tengah situasi yang belum jelas kapan pagebluk berhenti, pemerintah dituntut reaktif menggelorakan minat pariwisata masyarakatnya, meski harus tetap memperhatikan keamanan dan faktor kesehatan.

Singapura menjadi salah satu negara yang mulai mendorong warganya berpergian untuk mendorong sektor yang lumpuh. Pemeirntah di negara pulau itu memberikan warganya yang berusia 18 tahun ke atas voucher SingapoRediscovery senilai S$100.

Mengutip dari The Straits Times, voucher ini bisa digunakan untuk staycation, tiket atraksi, dan tur wisata. Warga Singapura juga bisa membeli maksimal enam tiket untuk atraksi dan tur bagi anak-ank dengan diskon S$10.

Voucher dengan diskon S$10 untuk usia di bawah 18 tahun dapat digunakan di semua hotel berlisensi, atraksi rekreasi, dan tur lokal yang telah disetujui Badan Pariwisata Singapura (STB).

Menteri Perdagangan dan Perindustrian Singapura, Chan Chun Sing, mengatakan voucher bisa digunakan mulai Desember hingga Juni tahun depan, bertepatan dengan waktu liburan.

"Ini adalah skema ekonomi untuk membantu tempat-tempat wisata kami, mempertahankan kemampuan mereka yang telah dibangun selama bertahun-tahun, sementara mereka mengkonsolidasikan kapasitas lebih dahulu,” katanya saat berkunjung ke Jurong Bird Park.

Rencana voucher SingapoRediscovers dengan total nilai S$320 pertama kali diumumkan pada Agustus lalu. Voucher yang diberikan kepada warga Singapura ini melengkapi kampanye pemasaran SingapoRediscovers senilai S$45 juta yang diluncurkan pada Juli.

Hal ini dilakukan untuk mengajak penduduk Singapura berlibur di rumah dan mendukung bisnis lokal.

Tak hanya Singapura yang memberikan voucher bagi warganya untuk berwisata domestik. Thailand juga sudah lebih dulu melakukan hal serupa. Pemerintah Thailand sejak awal Juni memfasilitasi warganya untuk mengunjungi berbagai objek wisata di dalam negeri dari Juli hingga Oktober.

Bantuan berupa kupon menginap tiga hari dua malam, paket tur gratis bagi 1,2 juta sukarelawan bidang kesehatan masyarakat di desa dan pejabat bidang promosi kesehatan di wilayah subdistrik. 

Selain itu, 4 juta warga berusia 18 tahun ke atas juga diberi paket tur gratis yang sama. Setiap penerima dapat diberi kupon gratis senilai 2.000 hingga 3.000 baht (1 baht = Rp449,13) untuk menanggung biaya perjalanan mereka. 

Sementara itu, di Indonesia, meski sudah banyak program yang diusung untuk membantu para pelaku usaha pariwisata, bantuan serupa seperti yang dilakukan Singapura dan Thailand belum dilakukan.  

Menurut Juru Bicara Satgas Penanganan Dampak Covid-19 Kemenparekraf, Ari Julianno Gema, pemerintah sebenarnya sudah menyiapkan berbagai insentif. Seperti potongan tiket pesawat terbang, juga voucher untuk restoran dan hotel.

"Sehingga nantinya wisatawan domestik itu tertarik untuk datang ke sana (tujuan wisata) karena memang ada insentifnya untuk mereka datang,” kata Ari Julianno Gema di Media Center Satgas Penanganan Covid-19 Graha BNPB, akhir Agustus lalu.

Walau sudah ada rencana, pemberian stimulus ini masih digodok bersama Kementerian Keuangan dan sejumlah lembaga lainnya.

***

Bisnis penerbangan juga menjadi industri paling terkena dampak pagebluk. Tak bisa terbang membuat kinerja maskapai seluruh dunia anjlok kinerjanya. Kendati demikian, sejumlah maskapa penerbangan internasional mulai berinovasi menarik minat masyarakat untuk mau kembali terbang bersama mereka.

Beberapa maskapai penerbangan melirik promosi melalui penjualan tiket "terbang tanpa tujuan" (flights to nowhere). Para penumpang disuguhi penerbangan dari satu bandara dan kembali ke bandara yang sama. Gimik ini ditawarkan kepada para penumpang yang rindu terbang di angkasa.

Maskapai yang menjual tiket terbang tanpa tujuan di antaranya Singapore Airlines, Eva Air, All Nippon Airways, dan Thai Airways. Maskapai penerbangan lain juga menawarkan asuransi Covid-19 untuk para penumpang.

Layanan perlindungan medis gratis dan karantina bagi penumpang yang tertular Covid-19 setelah melakukan perjalanan di dalam salah satu penerbangan diberikan oleh Emirates Dubai, Virginia Atlantic, dan Etihad Airways.

Pemberian asuransi Covid-19 bertujuan untuk menjaga keselamatan dan keamanan penumpang saat terbang. Selain itu, cara ini untuk mengembalikan lagi kepercayaan penumpang untuk terbang kembali bersama mereka selama pandemi.

Asuransi Covid-19 Emirates dan Etihad Airways yang digratiskan ini nilainya setara dengan 150.000 euro atau Rp2,5 miliar. Asuransi Covid-19 milik Virginia Atlantic bernilai 500.000 euro atau sekitar Rp8,6 miliar.

Maskapai penerbangan asal Kanada, Air Canada, memilih promosi tiket penerbangan tak terbatas (infinite canada flight pass). Para pemegang tiket ini dimungkinkan memesan perjalanan tanpa tanggal pengecualian, pembatasan pemesanan, dan perubahan atau pembatalan tanpa penalti.

Pemegang kartu juga bisa terbang sesering mungkin dan sesuka hati hingga tiga bulan, tergantung pada durasi tiket yang dibeli, yaitu satu bulan, dua bulan, atau tiga bulan.

Berbagai gimik demi mengembalikan kepercayaan penumpang ini sayangnya belum banyak dilakukan di Indonesia. Corporate Secretary PT Garuda Indonesia, Mitra Piranti, menjelaskan pihaknya masih melakukan berbagai upaya strategis dengan fokus pada perbaikan fundamental perusahaan dan menyelaraskan supply dengan permintaan pasar.

Langkah-langkah itu termasuk melakukan negosiasi dengan lessor guna memperoleh penurunan biaya sewa, melakukan upaya financing dan menegosiasikan kewajiban perseroan yang akan jatuh tempo dengan pihak ketiga/partner.

"Perusahaan juga melakukan program efisiensi pada biaya operasional dengan tetap memprioritaskan keselamatan dan keamanan penerbangan, pegawai serta layanan,” katanya kepada Erlina Fury Santika dari Gatra.

Fitri Kumalasari