Home Kesehatan 40 Hari Jurnalis GATRA Berjuang Melawan Covid-19 (Bagian 1)

40 Hari Jurnalis GATRA Berjuang Melawan Covid-19 (Bagian 1)

Semarang, Gatra.com- Setelah berjuang 40 hari, sejak 5 Oktober hingga 14 Desember 2020 melawan Covid-19, saya jurnalis kontributor GATRA yang bertugas di wilayah Kota Semarang, Insetyonoto bisa sembuh. Butuh perjuangan dan semangat untuk bisa sembuh dari penyakit Covid.

Saya memiliki penyakit bawaan (komorbid) paru-paru atau TBC. Virus Covid-19 menyerang paru-paru, sehingga membuat pernafasan terganggu. Saya kerap menulis tentang pandemi Covid-19, dan sebenarnya telah memahami cara agar terhindar dari penyakit tersebut.

Dengan menerapkan protokol kesehatan yakni 3M, memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan menggunakan sabun pada air mengalir atau hand sanitezer. Meski telah menerapkan protokol kesehatan, namun saya abai menjaga kesehatan tubuh.

Kondisi ini mengakibatkan daya tubuh menurun, sehingga pada 28 Oktober 2020, badan mulai merasa panas. Saat periksa ke dokter umum di wilayah Tlogosari Kota Semarang didiagnosa menderita tipus.

Namun, setelah mengkonsumsi obat tipus dari dokter, panas tidak kunjung turun. Suhu panas mencapai 38 derajat Celsius. Belum terpikirkan terpapar Covid-19, kendati salah satu gejalanya adalah panas tinggi beberapa hari.

Ketika konsultasi melalui Whatsaap dengan Kepala Puskesmas Tlogosari Kulon Kota Semarang dr. Puriyanto Wahyu melalui Whatsapp, menawarkan swab test. Setelah berembug dengan istri, malah meminta diswab agar dapat diketahui penyakitnya, karena sudah hampir sepekan panas belum turun.

Istri juga menyatakan sudah siap kalau nantinya, hasil terburuk positif Covid-19. Tenaga medis Puskesmas Tlogosari Kulon pada 3 November 2020 dengan mengenakan alat pelindung diri (APD) datang ke rumah melakukan swab

Sambil menunggu hasil swab, senantiasa terberdoa kepada Allah agar hasilnya negatif Covid-19. Namun, sudah takdir dari Allah, petugas Puskemas pada 5 November memberitahukan hasil swab positif Covid-19. Saya tidak tahu dari mana terpapar virus Corona tersebut, kerena memang virus tersebut tidak bisa dideteksi keberadaannya dengan pasti.

Petugas Puskemas meminta agar keluarga yang tinggal bersama saya di rumah yakni istri dan dua anak laki-laki, saat itu juga harus menjalani pemeriksaan swab di Puskemas. Untuk perawatan Covid-19 saya, petugas Puskemas memberikan alternatif, akan melakukan isolasi mendiri di rumah atau di rumah dinas wali kota Semarang di Manyaran.

Rumah dinas Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi memang telah diifungsikan sebagai tempat isoalisasi penderita Covid-19. Sempat gamang, ingin isolasi di rumah dinas. Namun, dengan kondisi tubuh saya yang lemah, akhirnya memutuskan menjalani perawatan di Rumah Sakit K.R.M.T. Wongso Negoro (RSWN) milik Pemerintah Kota Semarang.

Guna menghindari terjadinya kehebohan warga, karena saya merupakan warga pertama terkena Covid-19, berangkat ke RSWN tidak gunakan mobil ambulan, tapi naik taksi online.

Sesampainya di IGD RSWN menyerahkan surat hasil positif Covid-19 dari Puskemas Tlogosari Kulon, langsung mendapatkan penangan dari perawat. Tangan dipasang infus, dilakukan pemeriksaan darah, pemeriksaan oksigen, dan foto rotgen toraks.

Saat di IGD menghubugi Direktur RSWN dr. Susi Herawati. “Bu Susi, saya yang biasanya memberitakan Covid-19 sekarang malah terkena Covid-19.”

“Tetap semangat pak, jangan stress, semoga segera sehat,” ujar Susi.

Menjalani perawatan Covid-19 di kamar isolasi sendiri. Sempat beberapa hari di ruang Arjuna, sebelumnya dipindahkan ke ruang Banowati.

Ketika sedang berjuangan melawan Covid-19 di rumah sakit, pada 7 Desember 2020 mendapat kabar dari istri, kalau hasil swab, istri dan anak pertama laki-laki positif Covid-19, sedangkan anak kedua lelaki negatif.

Padahal penderita Covid-19, pikirannya harus tenang dan tidak boleh cemas, apalagi sampai stress. (bersambung).

940

KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR