Home Kesehatan Diare Jadi Ciri, Waspadai Gejala Autoimun IBD

Diare Jadi Ciri, Waspadai Gejala Autoimun IBD

Jakarta, Gatra.com- Juli 2018 adalah saat dimana Nadia Karina Wijaya merasa berada di titik terendah kehidupannya. Duta Autoimun Marisza Cardoba Foundation (MCF) itu bercerita ketika awal mula dia terdiagnosa PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease.

Ini merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur. "Gejala BAB berdarah atau hematochezia yang tentu saja mempengaruhi aktivitas," kata Nadia dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/3).

Namun hal itu tak menyurutkan semangat dan prestasinya. Puteri Indonesia Bali 2019 ini tak putus asa divonis menderita autoimun jenis Inflammatory Bowel Disease (IBD) atau Radang Usus. Sebagai informasi, IBD terdiri dari dua jenis penyakit, yaitu Kolitis Ulseratif (KU) dan Penyakit Crohn (PC)

Untuk diketahui, jenis penyakit KU adalah peradangan kronis pada lapisan terdalam usus besar atau kolon. Sedangkan PC yang juga dikenal sebagai Crohn’s Disease merupakan peradangan yang terjadi di seluruh sistem pencernaan, mulai dari mulut hingga ke dubur.

Senior Consultant di sebuah firma audit empat besar di dunia yang berpusat di London, Britania Raya itu mengatakan bahwa perlu diwaspadai ketika mengalami ciri-ciri IBD. Seperti mual dan demam, nyeri perut atau kram perut, dan perut kembung.

Atau mengalami diare, selera makan berkurang dan berat badan turun. "Hingga tinja bercampur dengan lendir, kelelahan, peningkatan frekuensi buang air besar,” ujar Nadia.

Spesialis Penyakit Dalam, dr. Prasna Pramita Sp.PD, K-AI, FINASIM, MARS memaparkan bahwa selain di usus, peradangan juga dapat timbul di luar sistem pencernaan, eperti di mata, kulit, atau sendi (artritis). "Khusus pada penderita PC, sariawan atau luka bahkan dapat muncul di area kelamin,” jelas dokter yang juga Dewan Pembina MCF tersebut.

Nah agar paham dalam mendiagnosa IBD, dr. Prasna Pramita dapat dilakukan mulai dari pemeriksaan tinja hingga menggunakan alat khusus yang dilengkapi kamera untuk melihat lapisan rongga usus. “Pengobatan diberikan dengan target  remisi yakni gejala yang muncul mereda dan kekambuhan dapat dicegah. Karena seperti penyakit autoimun lainnya IBD tidak bisa benar-benar disembuhkan,” lanjutnya.

Namun pada kasus dengan gejala berat yang tidak kunjung membaik, dibutuhkan tindakan operasi sesuai dengan jenis radang yang dialami pasien. "Seperti proktokolektomi yaitu pengangkatan seluruh usus besar pada kasus KU berat, atau pengangkatan sebagian saluran pencernaan yang rusak pada kasus PC,” jelas dr. Prasna Pramita.

Untuk mencegah terjadinya IBD, dr. Prasna menekankan pentingnya menjaga pola hidup sehat, diantaranya:

- Memperhatikan jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi.

- Pilih sumber makanan sehat, bernutrisi utuh atau minim proses dan alami bebas zat artifisial, seperti pengawet, pewarna, penyedap, dan sebagainya.

- Hindari susu, alkohol, kafein, dan makanan pedas karena dapat menimbulkan keluhan diare. Selain itu, batasi konsumsi gluten dan makanan berlemak, serta perbanyak makanan berserat.

- Hentikan kebiasaan merokok karena dapat memperparah peradangan usus, khususnya pada PC.

- Olah raga rutin dapat mengembalikan fungsi normal usus dan juga mengurangi stres.

 

 

1178